Latest News

Showing posts with label Kongregasi OFM. Show all posts
Showing posts with label Kongregasi OFM. Show all posts

Sunday, December 27, 2015

Para Pengikut St. Fransiskus Assisi di Indonesia


Para Pengikut St. Fransiskus Assisi di Indonesia


ORDO PERTAMA
1. OFM Pusat di Jakarta/Roma (1929)
2. OFM Papua, Pusat di Jayapura/Roma (1937)
3. OFM Kapusin, Pusat di Pematangsiantar/Roma
4. OFM Konventual, Pusat di Medan/Roma

ORDO KEDUA
1. Klaris Pacet (1934)
2. Klaris Kapusines Singkawang (1937)
3. Klaris Kapusines Gunung Sitoli (1976)
4. Klaris Sikeben-Bandarbaru (1992)

ORDO KETIGA Regular
1. K.SS Fransiskanes dari St. Elisabeth (FSES)
2. K.SS Fransiskanes Putri Hati Kudus Yesus dan Maria (FHJM)
3. K.SS St. Fransiskus St. Lusia (KSFL)
4. K.SS St. Fransiskus Sukabumi (SFS)
5. K.SS Fransiskus Dongen (SFD)
6. K.SS Fransiskus Sambas
7. K.SS Fransiskus Semarang (OSF)
8. K.SS Fransiskus Sibolga (OSF)
9. K.SS Fransiskus Charitas (F.Ch)
10. K.SS Dina Santo Yosep (DSY)
11. K.SS Pengabdi Untuk Sesama Manusia (PSM)
12. K.SS St. Fransiskus Misionaris St. Antonius (SMFA)
13. K.SS Fransiskanes St. Georgius Martir (FSGM)
14. K.SS Fransiskan Misionaris Maria (FMM)
15. Kongregasi Bruder-bruder Maria Tak Bernoda (MTB)
*(K.SS = Kongregasi Suster-suster)

ORDO KETIGA Sekular
1. Regio Papua (4 persaudaraan)
2. Regio Bajawa (4 persaudaraan)
3. Regio Manggarai (5 persaudaraan)
4. Regio Jawa bagian tengah (5 persaudaraan)
5. Regio Jawa bagian barat (7 persaudaraan)
6. Rego Medan dan Pematang Siantar (3 persaudaraan)
7. Regio Sibolga (4 persaudaraan)
8. Regio Nias (3 persaudaraan)
9. Bakal Regio Pontianak (3 persaudaraan)
10. Bakal Regio Lampung (4 persaudaraan)

Mengenal Kasih Kristus

Mengenal Kasih Kristus


�� dan agar kamu dapat mengenal kasih Kristus, sekali pun ia melampaui segala pengetahuan� (Ef 3:19a). Karunia pokok yang dimohonkanS. Paulus bagi semua orang beriman, yaitu pemahaman akan misteri Kristus, diperincikan lebih lanjut, sehingga menjadi pegenalan akan kasih Kristus. Tidak lagi suatu pemahaman umum tentang seluruh misteri Kristus itu, melainkan pengenalan akan sebagiannya, intinya yang paling dasar dan paling utama, yaitu: Pengenalan akan kasih Kristus. Kasih itulah segi Kristus yang paling mencolok, paling terasa, paling patut dipuja dan paling manis-sedap.

Jika pengenalan akan kasih Kristus itu dimohonkan, mesti dimohonkan, maka sebabnya ialah: Kasih itu melampuai segenap pengetahuan manusiawi. Pengenalan akan kasih Kristus itu sama ciri coraknya dengan setiap pemahaman akan Kristus dan berasal dari luar jangkauan manusia. Pengenalan akan kasih itu adalah perkara hati dengan arti kata alkitabiah, jati diri manusia. Pengenalan itu terlebih hasil kasih dari pada buah akal, terlebih perkara intuisi, rasa hati, dari pada perkara penalaran dan pemikiran. Menurut cara bicara S. Bonaventura pengenalan akan kasih Kristus bukan perkara �intellectual� melainkan perkara �affectus�. Bukan perkara pengetahuan kering dan dingin, pengtahuan teologi tanpa hati atau ilmu tanpa kalbu, melainkan suatu pengenalan sedap yang menikmati, merasakan, mendekap Tuhan. Pengenalan itu tidak hanya atau terutama menyangkut akal-budi, tetapi terlebih memuaskan manusia seluruhnya serta segala kemampuannya, terutama kemampuan untuk mencintai. Maka dari itu pengenalan akan kasih Kristus bukan keistimewaan segelintir intelektual, ahli dan berbudaya tinggi, yang mendapat otak yang secara tajam dan mendalam bisa memikirkan segala apa. Sebaliknya, pengenalan akan kasih Kristus dapat (dan mau) dikurniakan kepada �semua orang kudus� tanpa kecuali dan barangkali paling sesuai dengan dan teruntuk bagi orang yang kurang mampu, orang sederhana dengan hati besar. Sebagaimana ditegaskan Hikmat-kebijaksanaan ilahi yang menjadi manusia: Aku bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan otang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil (Mat 11:25-26; Luk 10:21). Sebab perkaranya bukan pengetahuan ilmiah, melainkan perkara pengetahuan para kudus.

Kita dapat berkenalan dengan kasih Kristus dengan menyimak luasnya dan nilainya segala sesuatu yang diperoleh-Nya bagi kita. Segalanya itu diuntukkan Kristus bagi semua manusia dan hanya kendala dan rintangan manusiawi yang dapat merampasnya dari kita, yaitu dosa dan terlebih apa Yang oleh S. Paulusdiistilahkan sebagai �daging�, egotisme dan egoisme. Dengan arti itu pun Fransiskus bicara tentang �membenci� tubuh/daging. Dari pihak Kristus segalanya selesai sudah, segala yang perlu selesai dikerjakan waktu bergantung pada salib (Yoh 19:30). Segalanya �dibelinya� bagi kita dengan harga mahal yang lunas dibayar (lKor 6:20; 7:23). Dan apa Yang diperoleh dan dibeli Kristus tidak ada batasnya dan tidak ada ukurannya, oleh karena membuat kita menjadi peserta dalam yang ilahi, yang tidak tahu batas atau ukuran. Sebab apa yang diperoleh-Nya bagi kita ialah apa yang abadi, yang habis pencobaan hidup ini tidak dapat hilang lagi (lPtr 1:4).

Kita pun berkenalan dengan kasih Kristus dengan merenungkan susah-payah dan jerih-payah yang ditanggung Kristus guna memperoleh apa yang ilahi dan adi-manusiawi. Demi kita Kristus menanggung seluruh keberadaan kita sebagaimana adanya, kecuali dosa pribadi. �Karena anak-anak itu dari darah dan daging, maka Anak, Kristus, menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka (Ibr. 2:14). Memang Imam besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa (Ibr 4:15), kalau pun Ia berdaging serupa dehgan daging (=eksistensi) yang dikuasai dosa (Rm 8:3b). Maka segala apa yang dengan berpancar dari dosa menimpa manusia menimpa Kristus pula sampai penyataan dosa yang paling ngeri: penderitaan bermacam-macam dan kematian di Salib. Kristus, Anak dari yang Mahakudus, menanggung segala apa dan tersemprot oleh apa yang paling tidak kudus, yaitu dosa, dengan maksud membebaskan kita dari kutuk (Gal 3:13) dan mehgembalikan kita kepada kekudusan Allah.

Hendaknya kita bermenung: Kelemahan yang pa1ing merendahkan harkat manusia telah diterima dan ditanggung Kristus: Rasa jijik, takut, kuatir, sedih, kerapuhan jasmani-rohani, semuanya menimpa Dia dan membuat Dia menjadi sama dengan kita. Anak Allah tidak menjadi orang asing di negeri manusia, supaya membuka bagi manusia kesempatan tidak tetap tinggal orang asing di negeri Allah.

Sudah lama kita mengetahui semuanya itu. Justru karena itulah semua hal yang mengerikan itu menjadi �biasa-biasa� saja seperti kacang goreng. Isi yang sebenarnya dari semuanya itu hampir selalu lolos dari pemahaman dan hati kita. Tidak lagi kita secara mandalam tergoncang oleh kenyataan bahwa Anak Allah merendahkan diri sampai menjadi serupa dengan budak tersalib (Flp 2:7) dan menutupi dirinya yang paling murni dengan daging yang dikuasai Dosa, sehingga yang terberkati oleh Bapa menjadi kutuk (Gal 3:13) guna menebus semua dari kutuk. Kata-kata dan ucapan-upacan semacam itu kita ulang-ulang terus, tetapi mirip dengan piringan hitam, pita kaset, secara mekanis, tidak terkesan, tanpa keterlibatan pribadi. Karena itu semakin pentihg dan perlu kita secara pribadi merenungkannya dan de�ngan demikian mecoba menyelaminya.

Setelah orang berkenalan dengan kasih Kristus dengan jalan mengamati apa yang diperolehnya bagi kita dan merenungkan harga yang telah dibayar olehnya, setelah orang sampai mengenal sambil menikmati kasih Kristus itu, maka kasih itu mulai berkarya di dalam diri orang dan mencurahkan kebaikan tak terukur kedalam hatinya. Dan yang paling penting dan utama justru kasih itu sendiri. Kasih Allah ialah kasih Kristus sendiri tercurah kedalam hati kita berupa Roh Kudus (Rm 5:5), Yaitu kasih Allah kepada Allah dan kasih Allah kepada seluruh makhluknya, khususnya manusia. Siapa yang berkenalan dengan kasih Kristus tidak dapat tidak mengasihi Kristus dan Allah. Tentu saja mengasihi Allah dan Kristus tidaklah mungkin tanpa Allah dan Kristus. Kasih mereka sendirilah yang dengannya manusia mesti mencintai mereka. Dan karunia pertama yang dianugerahkan oleh kasih Kristus yang dikenal itu ialah justru kasih itu.

Hanya kasih sejati sebenarnya tidak lain dari ketaatan. Kata Yesus: �Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal dalam kasihKu, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal dalam kasihnya (Yoh15:10); jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku� (Yoh 14:15).
Maka kasih sejati kepada Kristus yang berpancar dari pengenalan akan kasih itu membuat kita menjadi taat. Dan akibatnya yaitu: Tolok ukur kasih sejati ialah tingkat ketaatan kita, ketaatan kepada Kristus, kasih Kristus yang pengenalannya dikurniakan kepada kita.

Hanya kataatan berdasarkan kasih mamatikan setiap egotisme dan egoisme dalam manusia, egotisme dan egoisme yang membuat sang Ego menjadi tolok ukur segala sesuatu. Barang kali itulah � yaitu ketakutan kepada akibat pengenalan akan kasih Kristus � yang membuat kita dalam lubuk hati agak segan berkenalan dengan kasih Krislus yang kita tolak dan singkirkan setelah mulai memfirasatkan mana akibatnya bagi cinta diri kita.

Maka dari itu menjadi pentinglah bahwa, kendati rasa takut yang bersembunyi, kita mencari-cari, membuka diri kita bagi pengenalan akan kasih Kristus itu guna menghilangkan rasa rakut awali itu dan sampai kepada penyerahan diri seutuhnya kepada Kristus dan kesediaan terhadapnya. Penting kita tidak diintimidasikan oleh ancaman dari pihak Si Aku kita sendiri, ancaman bahwa hidup kita selanjutnya menjadi kurang peduli akan keinginan dan kebutuhan pribadi kita, tetapi sepenuhnya mendarmabaktikan diri kepada Tuhan yang dikasihi.

Pengenalan akan kasih Kristus melampaui segala ilmu manusiawi dan tak mungkin direbut oleh manusia sendiri. Oleh karena itu kita bersamaS. Paulusmemohonkan karunia itu dengan kesediaan dari pihak hati dan budi kita. Amin.

Tiga Pola Dasar Hidup Injili

Tiga Pola Dasar Hidup Injili


Yesus mewujudkan Kerajaan Allah di dunia

Yesus Kristus menjadi model bagi semua pengikutnya, semua orang beriman Kristen. Selagi hidup di dunia Yesus seutuh-utuhnya dijiwai dan ditentukan oleh Kerajaan Allah, seperti sudah direnungkan sedikit. Yesus Kristus mewujudkan semua segi Kerajaan Allah sekaligus. Kerajaan Allah di satu pihak sudah ada di dunia, dalam sejarah, di lain pihak masih masa mendatang, waktu seluruhnya menjadi terwujud dan sudah terwujud dalam Yesus Kristus (yang bangkit). Selagi hidup di dunia Yesus mewujudkan Kerajaan Allah yang sudah ada dari semua seginya. Melalui diri-Nya serta hidup Yesus, Kerajaan sudah masuk dan menguasai dunia manusia. Keberadaan Yesus selagi hidup mewujudkan awal keseluruhan Kerajaan Allah yang akan menyusul. Parapengikut Yesus Kristus pun (dapat dan wajib) mewujudkan Kerajaan itu di dunia, tetapi hanya sebagai awal keseluruhan yang bagi mereka pun menyusul dan yang sudah menjadi nyata dalam Yesus. Suratkepada orang Ibrani menjelaskan halnya sebagai berikut: �Pengharapan (orang beriman) itu adalah sauh kuat dan aman bagi jiwa (= jati diri manusia) yang telah dilabuhkan di belakang tabir (Tempat Kudus surgawi), dimana Yesus telah masuk sebagai perintis bagi kita ketika Ia menurut peraturan Melkisedek menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya� (Ibr 6: 19-20).

Para pengikut Yesus

Parapengikut Yesus, termasuk mereka yang sudah bergabung dengan Yesus di dunia lain, bersama-sama mewujudkan Kerajaan Allah di segala dimensinya. Tetapi dalam mewujudkan Kerajaan Allah dalam bentuk sementara di dunia ini ada pembagian tugas antara para pengikut Yesus, seperti ditegaskan dalam Ef 4: 11-16; lKor 12: , 20-28.

Jaman Yesus

Menurut Injil (Luk 6: 17; 8: 1-3; 10: 38) Yesus selagi hidup mempunyai tiga macam pengikut, laki-laki dan perempuan. Ada yang percaya kepadanya, tetapi tetap tinggal di rumah dalam situasinya sendiri. Contoh ekstrim ialah Zakheus, kepala pemungut cukai, yang bertobat tetapi tidak meninggalkan kerjanya, hanya menanganinya secara lain (Luk 19: 1 dst). Ada juga yang secara harafiah �mengikuti Yesus�, menyesuaikan hidup konkretnya dengan cara Hidup Yesus, menjadi senasib dengan Dia (Luk 9: 57-60; 14: 25-27). Tuntutan-tuntutan terhadap orang-orang itu radikal sekali: Memutuskan hubungan dengan seluruh hidupnya dahulu: Keluarga, famili, kampung-halaman, mata pencarian, jaminan sosio-ekonomis. Akhirnya juga ada yang menjadi semacam �pembantu� pribadi Yesus (Mk 3: 13; Luk 10: 1) yang dapat diutusnya untuk memberitakan Injil Kerajaan dan pertobatan, baik waktu Yesus masih hidup maupun sesudahnya (Mat 281: 1, 9-20 dsj). Dan lagi diantara murid-murid itu masih terbentuk kelompok khusus �Keduabelas� yang nyatanya tidak semua menjadi �rasul� dengan arti: Utusan untuk memberitakan Injil. Kelompok itu tidak ada lanjutannya.

Jemaat Perdana

Dan begitulah selanjutnya pada umat Kristen. Jemaat perdana di Yerusalem, bahkan sebelum Yesus naik ke surga, terdiri atas beberapa lapis menurut Kis 1: 12-15: keduabelas yang diberi gelar �rasul�, ada sejumlah perempuan, termasuk ibu Yesus, dan ada saudara-saudara Yesus serta lain-lain orang. Jumlahnya kira-kira seratus duapuluh. Begitu pula dalam 1Tim 2: 8 dst; 5: 1-3; 6: 1. 17; Tit 2: 1 jemaat terbentuk oleh beberapa golongan yang jelas tidak semua sama kedudukan dan peranannya. Mereka semua mengikuti Yesus Kristus, sehingga dalam Kis mereka semua disebut �murid� Yesus. Yesus Kristuslah pola hidup mereka bersama. Tetapi dengan cara yang berbeda. Ada yang tetap tinggal pada tempatnya dalam masyarakat, sebagai bapak-ibu keluarga, budak dan majikan, kaya atau miskin: katakan saja awam. Ada juga yang memegang peranan khusus dalam jemaat untuk membina sesama umat beriman, gelarnya �episkopos�, �presbyteros�, �diakonos�. Dan ada yang boleh disebut �janda profesional�, entahlah mereka pernah kawin tetapi suaminya meninggal atau menceraikan mereka entahlah mereka tidak pernah kawin, sehingga sebenarnya �perawan�. Janda profesional itu menangani macam-macam karya amal kasih bagi jemaat maupun bagi orang luar. Adapun mereka yang boleh disebut �awam� itu sebagai pengikut Yesus tentu saja ditentukan oleh Kerajaan Allah, Allah sebagai penentu dasar hidupnya, tetapi dalam situasi nyata di �dunia�, dalam masyarakat yang memang bukan masyarakat Kristen. Dengan demikian mereka memperlihatkan Kerajaan Allah itu di dunia dalam bentuk sementaranya, sehingga benar-benar masuk kedalam dunia (dan tidak hanya dalam jemaat Kristen sebagai jemaat Kristen). Nilai-nilai �keduniaan� (ekonomis, sosial, politis, kebudayaan dan sebagainya) secara tak langsung diikutsertakan dalam Kerajaan Allah, meskipun tetap �duniawi�, sekular dan dengan arti itu �profan�. Adapun para petugas jemaat, petugas paripurna, mereka secara ekplisit dalam seluruh eksistensinya yang ditentukan oleh tugasnya, memperlihatkan ciri Kristen seluruh jemaat. Sedangkan para janda profesional dalam dunia ini memperlihatkan Kerajaan Allah, Kerajaan Kasih. Sebab mereka tidak melibatkan diri dalam urusan ekonomis dan sebagainya demi nilai ekonomis dan seterusnya, melainkan hanya sebagai sarana untuk memberi wujud nyata kepada kasih.

Tiga model mengikuti Yesus

Dengan demikian kiranya sudah jelas bahwa Perjanjian Baru, umat kristen pertama, Injil Yesus Kristus menawarkan tiga model, tiga pola, tiga kemungkinan untuk mewujudkan kekristenannya. Dan ketiga model sepanjang sejarah nyatanya dapat mempertahankah diri. Dalam pedekatan Perjanjian Baru ketiga model itu sebagai bentuk kekristenan senilai seharga dan sama perlunya agar Injil menjadi terwujud dalam segala dimensinya. Tentu saja sepanjang sejarah penilaian praktis tidak selalu seimbang. Lama sekali ada praksis (dan teori) bahwa para petugas jemaat dan para �janda profesional� sebenarnya secara moral dan secara kristen lebih baik dan para awam kelas kedua atau ketiga. Syukurlah bahwa Konsili Vatikan II akhirnya menemukan kembali keseimbangan.
Pada umat Kristen tetap ada �awam� ialah mereka yang melibatkan diri dalam urusan dunia, mengusahakan sebagai orang beriman nilai-nilai sekular demi nilai sekular itu sendiri dan bukan misalnya untuk diabdikan kepada nilai-nilai religius. Dengan demikian mereka memberi wujud sekular kepada Kerajaan Allah. Pola dasar �awami� itu mengizinkan bermacam-macam varian, dari membina keluarga kristen sampai dengan �hidup bakti� dalam lembaga sekular (yang tetap awami; jangan dijadikan �religius�). Ada petugas paripurna jemaat, uskup, imam, diakon, katekis profesional dan sebagainya, yang cara hidupnya ditentukan oleh tugasnya, yaitu membina iman jemaat, mengusahakan nilai-nilai religius, yang juga nilai-nilai sekular. Dalam gaya hidup para petugas itu Kerajaan Allah lebih jelas tampil di dunia dan berwujud dunia, yaitu dunia religius Kristen. Gaya hidup itu pun mengizinkan macam-macam varian. Dan akhirnya tetap tinggal �janda profesional�, mereka yang tidak melibatkan diri dalam nilai-nilai sekular demi nilai-nilai sekular, entah profan entah religius. Dengangaya hidupnya mereka justru menekankan bahwa Kerajaan Allah akhirnya melampaui segala nilai duniawi.Gaya hidup mereka secara eksklusip (sepertigaya hidup Yesus di dunia) ditentukan oleh Kerajaan Allah semata-mata dan tidak turut ditentukan oleh nilai-nilai lain, yang dilampaui oleh nilai tertinggi Allah yang meraja.Gaya hidup itu pun mengizinkan pelbagai varian.
Gayahidup dan kelompok terakhir, �janda profesional� itu kini terwujud dalam hidup bakti kaum religius(bukan dalam hidup bakti serikat rasuli atau lembaga sekular).Para �pertapa� resmi, �continentes� dan �virgines� pu�blik tentu saja juga termasuk kedalam kelompok itu.

Tiga Pola Dasar Hidup Bakti (Religius)

Nanti barangkali ada kesempatan untuk lebih lanjut menguraikan varian hidup bakti (religius) tersebut. Untuk sementara waktu cukup ditunjuk varian dasar hidup bakti tersebut. Sebab varian dasar masih mengizinkan pelbagai varian lagi.
Pada dasarnya ada tiga pola dasar atau model hidup religius, yaitu:
  1. Mereka yang secara publik dalam Gereja meneruskan jemaat perdana seperti yang digambarkan dalam Kis 2: 41 dst; 4: 32 dst. Yaitu model para rahib/rubiah, senobit atau monastik. Kekristenan Timur hanya mengenal model itu di samping �pertapa, continentes, virgines�; pun pula �canonici� regulares.
  2. Model yang boleh disebutkan model Paulus, yang berkeliling untuk memberitakan Injil kemana-mana, terdukung oleh bentuk hidup Kristen yang tertuju kepada Kerajaan Allah di akhir zaman (Paulus memang selibater, tidak berusaha memajukan ekonomi atau kebudayaan Yahudi-Yunani). Itulah model yang dianut para tarekat religius klerikal (bukan �serikat rasuli�, yang bukan religius).
  3.  Akhirnya ada model �awami� yang seperti Yesus berkeliling untuk berbuat baik, menyembuhkan orang sakit, melawan roh-roh jahat (kejahatan dalam masyarakat) dan sebagainya. Tetapi selalu demi Kerajaan Allah di akhir zaman (dimana tidak ada penyakit dan sebagainya), terintegrasi kedalam seluruh hidupnya yang hanya ditentukan oleh Kerajaan Allah nanti itu.
  4. Masih tersedia model lain, model Fransiskus yang tidak sesuai dengan ketiga model tersebut, meskipun meminjam pelbagai unsur dari model itu. Yaitu model Yesus (bukan Paulus) serta rombongan murid-murid-Nya, nabi-nabi bekeliling yang meneruskangaya hidup Yesus serta rombongan-Nya itu dan dengangaya hidup religiusnya mewartakan Injil Kerajaan dan Pertobatan yang datang, terdukung oleh firman yang disampaikan. Berdekatan dengan model itu ialah model Karmelit: Nabi Elia yang setelah berjumpa dengan Allah di gunung Horeb dan Karmel dengan semangat berapi-api memberitakan akhir zaman.

Perintah Injil dan Nasehat Injil

Perintah Injil dan Nasehat Injil


Apa yang diistilahkan sebagai �hidup bakti� merupakan suatu perwujudan hidup Kristen yang sepanjang sejarah berkembang. Konsili Vatikan II (PC 2) menjelaskan bahwa, �asas tunggal� hidup bakti ialah: mengikut Yesus (sequela) seperti diperkenalkan oleh Injil. Hanya serta merta mesti dikatakan: mengikuti Yesus Kristus sesuai dengan Injil menjadi asas tunggal seluruh hidup Kristen, bukan menopoli kalangan tertentu. Membedakan antara �perintah� dan �nasehat�, lalu mengatakan: umat Kristen pada umumnya hanya mengikuti �perintah� yang wajib, sehingga bisa menjadi selamat, pada hal para penganut hidup bakti mengikuti �nasehat-nasehat� yang tidak wajib dan mengejar �kesempurnaan�, tidak lagi dapat dipertahankan setelah Vatikan II menyatakan bahwa semua orang Kristen dipanggil untuk mengusahakan (dan mencapai) kesempurnaan (kasih), entah jalan mana yang ditempuh. Moral berganda untuk membenarkan hidup bakti sungguh-sunguh ketingalan zaman. Injil tidak hanya asas tunggal hidup bakti, melainkan asas tunggal hidup Kristen. Paulus (Gal 1: 6) menegaskan bahwa Injil menjadi hanya satu untuk semua orang beriman dan terkutuklah orang yang memberitakan Injil lain. Maka masalahnya: mana kekhasan hidup bakti dalam rangka hidup Injili Kristen? Perlulah kiranya terlebih dahulu kita merenungkan sedikit apa itu �Injil�.

Makna istilah �injil�

Kitab rangkap empat yang kerap disebut �injil�, sebenarnya bukan Injil, tetapi �memuat Injil� atau �memberikan kesaksian tentang Injil�. Aselinya �injil� ialah pemberitaan Yesus mengenai �Kerajaan Allah� (bdk Mrk 1: 1.15). Kerajaan Allah (sebuah metafor, kiasan) ialah Allah yang �meraja�, artinya: menjadi menentukan keberadaan manusia dan dunianya. Allah yang de iure dan de facto akan datang, sedang datang dan sudah datang sebagai �raja�, pengatur keberadaan manusia demi keselamatan, keutuhan manusia serta dunianya. Kemudian �Injil� menjadi pemberitaan tentang Yesus Kristus (atau pun: isi pemberitaan itu), yang sudah wafat dan bangkit, sedang berkuasa (meraja) demi penyelamatan manusia dan yang, nanti datang menyelesaikan segala sesuatu sebagai Hakim (secara positip: menyelamatkan, dan secara negatif: menghukum). Kerajaan Allah yang diberitakan Yesus sudah menjadi terwujud, mempribadi dalam Yesus Kristus (bdk Rm 1:16-17; Kis 5:42).
Kitab Injil ialah empat kesaksian tentang Yesus Kristus oleh umat perdana. Di�sajikan empat visi berbeda tentang Yesus Kristus (bukan: tentang Yesus �historis�) yang satu dan sama. Bagi umat selanjutnya keempat kesaksian itu menjadi jalan dan sarana dasar untuk berkenalan dengan Yesus Kristus sebagaimana diimani umat Kristen perdana. Dan hanya Yesus Kristus itulah yang relevan bagi umat beriman, kendati tendensi kuat dewasa ini untuk menjadikan Yesus, orang Nazaret, relevan bagi umat, pada hal Yesus itu kurang dapat dikenal. Yang relevan ialah Yesus Kristus sekarang, yang kini hidup dan berkuasa (juga di dunia). Tetapi Yesus Kristus itu sama de�ngan Yesus yang dahulu dalam keadaan yang pada dasarnya sama dengan keadaan kita, menghayati dan mewujudkan apa yang diberitakan-Nya.
Begitulah Kitab Injil menjadi jalan untuk melihat Injil, kabar Yesus Kristus, mengenai Allah yang menyelamatkan dan dengan demikian membahagiakan manusia sambil secara dasariah mengubah manusia serta eksistensinya. Injil itu telah mempribadi, menjadi orang dalam Yesus Kristus yang lahir, berkarya, mati, bangkit dan datang nanti.
Maka sasaran iman-kepercayaan umat Kristen, kita, ialah Yesus Kristus seperti diperkenalkan melalui keempat Injil, yang bagi orang beriman menjadi firman Allah yang hidup dan menghidupkan. Ada empat jalan � injil � tetapi semua mengantar kepada Yesus Kristus yang sama. Dengan cara berbeda keempat injil itu mengantar kepada Yesus, tetapi dalam hal itu saling melengkapi. Karangan-karangan lain yang tercantum dalam Perjanjian Baru lebih lanjut menjelaskan �Injil� (=Yesus Kristus), khususnya Yesus Kristus yang bangkit. 1Kor 15: 3-5 memuat semacam �syahadat� Kristen, yang hanya mengenai akhir hidup Yesus di dunia serta kebangkitan-Nya, yang mendapat tekanan khusus: �Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Ki-tab Suci, Ia telah dikuburkan, Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga sesuai dengan Kitab Suci, Ia telah menampakkan diri kepada �� (diberi daftar panjang). Karangan-karangan Perjanjian Baru yang lain itu hampir saja tidak mengatakan apa-apa mengenai Yesus selagi hidup. Perhatian tertuju kepada Yesus Kristus yang kini hidup dan berkarya berdasarkan wafat dan kebangkitannya.

Bagaimana Fransiskus membaca Injil

Cukup menarik pula caranya Fransiskus membaca Perjanjian Baru (artinya: mendengarkan Perjanjian Baru dibacakan dalam liturgi; buku mahal, barang luks di masa itu dan tidak banyak tersedia; �lectionaria� lebih penting. Yang paling banyak dikutip (atau diacu) dalam tulisan-tulisan Fransiskus ialah keempat Injil. Karangan-karangan Perjanjian Baru lain relatif jarang diangkat. Bila Fransiskus merenungkan diri Yesus, Tuhannya dan Anak Allah, maka yang paling banyak dipakai ialah Injil keempat. Kristologi Fransiskus adalah Kristologi Yohanes, yang oleh Fransiskus juga diproyeksikan kedalam injil-injil lain. Sebaliknya, manakala Fransiskus berkata tentang �mengikuti jejak-jejak Yesus Kristus�, maka ia mengutip ketiga Injil sinoptik, khususnya Mat dan Luk. Dengan demikian Fransiskus mempunyai suatu pendekatan yang secara teologis paling tepat: Karangan-karangan Perjanjian Baru saling melengkapi; bersama-sama mengantar kepada Yesus Kristus, sasaran kepercayaan Kristen, dan mutu bagi perilaku yang benar-benar Kristen dan sesuai dengan iman-kepercayaan. Justru dan hanya oleh karena Fransiskus percaya kepada Yesus sebagai Anak Allah yang menjadi manusia, Tuhan yang sehakekat dengan Bapa, ia merasa dirinya didorong untuk mengikuti jejak-jejaknya di bumi. Fransiskus pasti tidak menyetujui tendensi moderen yang menyingkirkan Kristus kepercayaan (seperti yang diwartakan injil keempat) untuk �mengikuti Yesus orang Nasaret�, sabagaimana direkonstruksikan oleh para ahli. Yesus semacam itu bagi Fransiskus tidak menjadi dorongan untuk mengikuti jejak-jejak-Nya.

Motivasi mengikuti Yesus

Memang sasaran khusus dan terakhir iman-kepercayaan Kristen justru Yesus Kristus, tegasnya Allah yang berwajah Yesus Kristus. Dialah satu-satunya andalan bagi manusia. Diyakini bahwa �Keselamatan tidak ada dalam siapa pun juga selain dalam Dia, sebab di bawah kolong langit tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat di�selamatkan� (Kis 4:12). Orang boleh saja menempatkan Yesus disamping tokoh-tokoh religius besar lainnya: Musa, Yeremia, Elia, Buddha, Muhammad, Zarathustra, Kon-fu-tse dan sebagainya. Tetapi jika Yesus Kristus ditempatkan pada tingkat sama dengan tokoh-tokoh itu, identitas Kristen sudah hilang dan tidak ada alasan lagi untuk mengikuti Yesus Kristus dan, bukan misalnya Muhammad. �Nama� Yesus yang disebut dalam Kis 4:12 ialah Kekuatan, daya Yesus (yang bangkit), diri Yesus yang nyata tetap kuat-kuasa untuk menyelamatkan orang yang entah bagaimana sampai menyerukan �nama-Nya�. Dan kekuatan Yesus Kristus itu tidak lain kecuali Roh Kudus yang menjadi prinsip aktip dalam hidup orang yang percaya, entahlah ia menganut �hidup bakti� atau tidak, asal percaya dan benar-benar Kristen. Sebagaimana ditegaskan oleh S. Paulus (Rm 8: 9-11): Kamu (kita) tidak hidup dalam daging (= eksistensi yang ditentukan oleh �dosa�, yang membuat manusia menjadi egoistis, berpusatkan dirinya), melainkan dalam Roh (= sebagai prinsip yang menentukan dan mengatur), jika memang Roh Allah diam (jadi secara mantap, sebagai prinsip tetap) di dalam kamu (kita). Tetapi jika orang tidak memiliki (sekali lagi: secara mantap) Roh Kristus (sama dengan Roh Allah) ia bukan milik Kristus �Dan jika Roh Dia (=Allah) yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu (kita), maka Ia, yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu (tubuh kita) (= kamu/kita yang bertubuh, menempuh hidup di dunia sementara ini) yang fana itu oleh Roh-Nya yang diam di dalam kamu (kita).

Penutup

Begitulah Injil yang mempribadi dalam Yesus Kristus, menjadi asas-tunggal segenap hidup Kristen, termasuk hidup Kristen mereka yang menganut hidup bakti sebagai salah satu bentuk hidup kristen. Dan dengan arti demikian setiap hidup orang Kristen memang �injili�, kata sifat mana tidak boleh dikhususkan bagi salah satu golongan atau kelompok, biar kelompok fransiskan sekali pun.

Fransiskus Mengundang Kita untuk Pertobatan Ekologis

Francis-with-Bible-and-cross-crop

Fransiskus Mengundang Kita untuk Pertobatan Ekologis


Hari Raya St. Fransiskus Asisi
Surat Minister dan Definitorium General:
FRANSISKUS MENGUNDANG KITA UNTUK PERTOBATAN EKOLOGIS
(Penerjemah: Alfons S. Suhardi, OFM)
Saudara-saudara terkasih,
Semoga Tuhan memberikan damai kepada kalian!
Dengan salam yang diajarkan Fransiskus kepada kita ini, kami mendatangi kalian pada permulaan penugasan kami.
Sebagai Definitorium General, pertama-tama kami ingin berkata kepada kalian bahwa kami bermaksud dengan segala kekuatan memenuhi panggilan yang telah dicanangkan oleh Tuhan bersama dengan Kapitel General dan dipercayakan pada kami. Kami akan berusaha melayani persaudaraan universal Ordo kita dengan melaksanakan tugas kami untuk menganimasi dan membimbing para saudara menuju kepada kesetiaan yang semakin besar pada apa yang telah kita janjikan kepada Tuhan. Kami mohon doa-doa dan bantuan kalian, karena bila kita bersama, kita dapat mewujudkan panggilan kita bersama.
Sementara kita menyambut pesta St. Fransiskus tahun ini, nampak pentinglah untuk membaca kembali dan memulai suatu refleksi bersama atas Ensiklik Laudato si�, yang telah diarahkan kepada kita pada Pentakosta yang lalu, �perihal memelihara rumah kita bersama�. Kita merasa dua kali dipanggil pada tugas ini: sebagai orang-orang yang berkehendak baik, karena pengganti St. Petrus menantang kita semua, dan sebagai Fransiskan-fransiskan, karena dalam naskah itu ada begitu banyak acuan pada Fransiskus, bahkan di dalam judul itu sendiri. Sri Paus sendiri membenarkan acuan itu, dengan berkata: �Saya yakin bahwa St. Fransiskus adalah teladan yang paling unggul dalam memberi perhatian pada dan memelihara ekologi yang rentan dan integral, yang dijalani dengan hidup penuh kegembiraan dan ketulusan� (n. 10). Ide �ekologi integral� ini, yang menyusur di seluruh ensiklik itu, mengingatkan kita bahwa masalah ekologi itu bukanlah lagi issue sektoral, terbatas pada relasi kita dengan alam sekitar dalam arti sempit, semacam bentuk �berkebun�. �Ekologi integral� itu mencakup seperangkat issue-issue yang luas, yang berhubungan erat dengan masalah lingkunan hidup, seperti keadilan dalam lingkup relasi sosial, komitmen pada perdamaian dan hormat pada kehidupan.
Relasi yang benar antara individu-individu dan orang-orang lain dicerminkan dalam relasi yang benar dengan lingkungan hidup, sementara eksploitasi dan ketidak-adilan dalam relasi antar manusia memperanakkan eksploitasi dan polusi pada sumber-sumber alam. Bila berbicara perihal �ekologi integral� (sri Paus) mengundang kita untuk bersama-sama memandang keseluruhan itu, supaya dapat melihat hubungan yang mendalam yang menghubungkan polusi, issue air, perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hidup dengan kemerosotan sosial, kehancuran mutu kehidupan manusia dan ketimpangan global. Sri Paus menerangkan perspektif integral ekologi ini dengan membeberkan berbagai bidang yang di dalamnya hal itu berkembang dan bila berbicara perihal ekologi lingkungan hidup, beliau menghubungkan dengan erat hal-hal ekonomi dan sosial, demikian juga bila berbicara perihal kehidupan sehari-hari, beliau mengaitkannya dengan ekologi budaya. Secara khusus Sri Paus mengundang orang-orang Kristiani kepada �pertobatan ekologis�, dengan jalan mengikrarkan keyakinan iman kita dan beliau pun menolak bahwa dimensi ini sering tidak ada dalam spiritualitas kita. �Karena itu, apa yang mereka perlukan adalah sebuah �pertobatan ekologis�.
Dengan pertobatan ini perjumpaan mereka dengan Yesus Kristus menjadi nampak jelas dalam hubungan mereka dengan dunia sekitar mereka. Menghayati panggilan kita menjadi pelindung karya tangan Allah adalah hakiki demi adanya kehidupan keutamaan; hal ini bukanlah suatu aspek pengalaman hidup kristiani kita yang sekedar dapat kita pilih atau menjadi aspek ke dua. Dalam mengingat kembali tokoh St. Fransiskus Asisi, kita menjadi sadar bahwa suatu hubungan yang sehat dengan alam ciptaan adalah salah satu dimensi dari pertobatan pribadi yang menyeluruh� (no. 217-218).
Kami telah mengutip beberapa pemikiran dari ensiklik itu untuk sekali lagi merangsang kita semua dan masing-masing. Perlulah, (kami mengundang kalian) untuk melihatnya kembali, merenungkan dan memikirkannya lagi serta membuatnya menjadi bahan diskusi dalam komunitas. Sebagai Saudara Dina, pengikut Tuhan dengan gaya Fransiskus Asisi, ini adalah sebuah issue yang sungguh-sungguh menyangkut kita semua.
Fransiskus mengundang kita untuk melihat alam ciptaan dengan mata rohani yang dihidupi oleh Roh Tuhan dan dengan mata penuh iman, sehingga kita dapat melihat seluruh kenyataan ini dengan lebih jelas lagi. Sebuah contoh diberikan kepada kita dalam Madah Segenap Ciptaan. Ciptaan pertama yang dia ingat adalah matahari. Perihal matahari itu dia berkata: �dia itu indah dan agung cemerlang! Berkat Engkau, Yang Mahatinggi, dia begitu bermakna.� Setiap orang yang melihat matahari dapat berkata bahwa matahari itu cemerlang dan indah. Bagi pandangan orang beriman, Fransiskus menambahkan bahwa matahari itu mengingatkan kita akan Tuhan, dengan mempergunakan perkataan penegasan �begitu bermakna�. Baiklah untuk mencatat bahwa pandangan atau tatapan mata orang Kristiani tidaklah melihat matahari itu berbeda dengan orang-orang lain. Semuanya melihat realitas yang sama; (namun) kita orang beriman dapat mengambil pandangan yang lebih menembus. Suatu pandangan atau tatapan yang melampaui, menembus permukaan dan melahirkan maknanya yang lebih mendalam (yakni: �begitu bermakna�). Iman tidaklah membuat kita melihat dunia ini berbeda daripada kenyataan aslinya, tetapi iman itu dapat membuat kita melihat dunia ini secara lain.
Pandangan yang berbeda ini dapat menghasilkan efek yang bermanfaat dalam perspektif kepedulian kita terhadap lingkungan hidup. Sebagai pribadi yang beriman, kita dapat mengingatkan diri kita sendiri dan dunia bahwa semua alam ciptaan, air, udara, tanah, hutan adalah juga ciptaan Tuhan. Observasi ini, yang adalah hakiki bagi setiap orang beriman, mempunyai akibat yang bermanfaat, sehingga kita dapat memutus hubungan dua kutub antara umat manusia � alam, karena hal itu menimbulkan unsur ke tiga; kalau tidak ada unsur ke tiga ini maka resikonya ialah bahwa relasi antara manusia dan alam akan bersifat konfrontasi. Unsur ke tiga ini adalah Tuhan. Suatu pertentangan akan pecah bila dalam pandangan kita hanya ada relasi antara umat manusia dan alam. Perselisihan ini ingin menentukan siapa yang bertanggung-jawab di antara kedua belah pihak itu.
Tetapi bila kita ingat bahwa alam dan kita ini adalah ciptaan Allah, dengan mengakui bahwa Sang Pencipta itu adalah sumber segala sesuatu dan melampaui kita semua, maka akan terciptalah keseimbangan dalam sebuah hubungan yang penuh damai.
Pertimbangan-pertimbangan lain dapat muncul bila kita menyimak pengalaman rohani Fransiskus dari Asisi: panggilannya pada kemiskinan menjadi sebuah model untuk menahan diri dalam penggunaan sumber-sumber, yang sekarang ini semakin lebih diperlukan dan yang hendaknya mencirikan jalan hidup kita. Hubungan persaudaraannya tidak hanya dengan orang-orang, tetapi juga dengan binatang-binatang dan benda-benda dapat mengajar kita suatu cara lain untuk menjalin relasi dengan kehidupan, dengan mereka yang kita jumpai dan dengan henda-benda yang kita pergunakan. Akan menjadi sedemikian indahlah menjadi �saudara-saudara universal�, sebagaimana Fransiskus ajarkan kepada kita dan sebagaimana dituntut oleh panggilan kita sebagai saudara-saudara dina!
Selama beberapa puluhan tahun terakhir ini, kesadaran ekologis ini telah meresapi kesadaran kita sebagai Saudara-saudara Dina. Kapitel General kita tahun 2003 memberikan perubahan pada naskah artikel pertama Konstitusi General kita. Di dalamnya kita menguraikan identitas dasar kita, dengan menambahkan pada akhir paragraf 2, (yang telah berbicara perihal �berkhotbah, dengan fakta-fakta, rekonsiliasi, damai dan keadilan�) ungkapan �memperlihatkan hormat yang besar pada alam ciptaan.� Ini merupakan suatu pengakuan bahwa pemeliharaan rumah kita bersama ini harus membentuk suatu bagian yang hakiki dari karisma kita; mungkin akan bergunalah untuk mengingat sekrang ini, dua belas tahun kemudian, dan bertanya langkah nyata apakah yang telah kita ambil sejak waktu itu. Kita semua tahu, bahwa perubahan dalam naskah Konstitusi itu, sebagaimana banyak pernyataan, dapat tetap tinggal pada kertas saja: apa yang harus diperhatikan adalah perubahan dalam praktek-praktek kehidupan kita.
Ada begitu banyak refleksi dapat kita buat lagi, dan kami berharap bahwa refleksi-refleksi itu tengah dibuat baik secara pribadi maupun secara komunitas, dalam pertemuan-pertemuan persaudaraan kita. Akan tetapi, kami ingin juga mengundang kita semua untuk menerjemahkan refleksi-refleksi itu ke dalam keputusan-keputusan yang juga berupa pilihan-pilihan untuk dilaksanakan. Benarlah bahwa teori yang bagus itu perlu bagi praktek yang bagus, tetapi sama-sama perlu juga bahwa tanpa praktek, teori itu tetap saja mandul.
Fransiskus mengingatkan kita bahwa tidaklah cukup �memiliki Roh Tuhan.� Apa yang juga diperlukan adalah �pelaksanaannya yang kudus.� Menjadi sadar bahwa air itu adalah komoditas yang berharga haruslah karena itu terjadi dalam disiplin pribadi dan komuniter, yang berusaha menghindari air dibuang dengan sia-sia. Dalam beberapa negara tertentu hal ini dapat terjadi dengan mudah. Refleksi perihal konsumsi energi yang berlebih-lebihan, yang menjadi sumber polusi, akan juga mempengaruhi penggunaan listrik secara pribadi dan bersama-sama, alat-alat pemanas, penyejuk udara atau lemari pendingin. Informasi perihal masalah pemborosan yang bertimbun-timbun, khususnya barang-barang plastik atau yang tak terhancurkan secara biologis, dan peraturan-peraturan setempat hendaknya membimbing tingkah laku kita dalam mempergunakan detergen dan barang-barang buangan kita yang menumpuk.
Semua ini dapat dibuang dengan cara yang benar. Bahkan sebagai pemakai (kita semua ini mau tidak mau adalah pemakai), kita harus nelajar memilih barang-barang belanja kita, dengan mempertimbangkan unsur-unsur lain yang bercorak alamiah, di samping yang menyangkut harga dan kenyamanan. Pertimbangan-pertimbangan ini sangatlah praktis, yang selalu dapat terus berlangsung. Sebagai Definitorium General, kami menginginkan bahwa kesadaran ini diterjemahkan ke dalam suatu gaya hidup yang baru, di dalam rumah generalat kita dan semua komunitas seluruh Ordo kita.
Semoga saudara kita St. Fransiskus menolong kita dan menyertai kita dalam perjalanan pertobatan ini. Kepada pertobatan inilah Paus kita Fransiskus telah memanggil kita dengan kuat dan mendesak. Marilah kita lakukan segala sesuatu yang berada dalam batas-batas kewenangan kita menghadapi bahaya berat yang di dalamnya terdapat alam ciptaan dan membutuhkan begitu banyak saudara dan saudari yang mengharapkan solidaritas dan hospitalitas kita. Dengan jalan ini, kita kemudian akan bekerja demi masa depan yang penuh damai yang lestari dan bersaudara, bagi rumah kita bersama dan bagi semua orang di antara kita.
Semoga berkat Tuhan Allah turun atas persaudaraan kita dan atas setiap orang dri kita sebagai tanda kehadiran Allah dalam persektuan dan kasih.
Roma, 17 September 2015,
Pesta Stigmata St. Fransiskus.
Saudara-saudaramu di Definitorium General:
Fr. Michael Anthony Perry, ofm (Min. gen.)
Fr. Julio C�sar Bunader, ofm (Vic. gen.)
Fr. Caoimh�n � Laoide, ofm (Def. gen.)
Fr. Ignacio Ceja Jim�nez, ofm (Def. gen.)
Fr. Nicod�me Kibuzehose, ofm (Def. gen.)
Fr. Lino Gregorio Redoblado, ofm (Def. gen.)
Fr. Ivan Sesar, ofm (Def. gen.)
Fr. L�r�nt Orosz, ofm (Def. gen.)
Fr. Valmir Ramos, ofm (Def. gen.)
Fr. Antonio Scabio, ofm (Def. gen.)
Fr. Aidan McGrath, ofm (Seg. gen.)

Mereka Disebut Saudara Dina

Sebagian kecil para saudara OFM

Fransiskus Asisi adalah seorang pecinta kemiskinan, bentara perdamaian, pendoa sejati yang riang gembira dan penyayang segala mahluk. Karena itu, banyak orang terpesona olehnya dan ingin bergabung dengan persaudaraan fransiskan (OFM).
Jika Anda merasa terpanggil dan terpana oleh semangat St. Fransiskus Asisi, untuk hidup dalam persaudaraan dan kesederhanaan, untuk melayani Tuhan dan sesama, maka jangan takut, jangan bimbang. Padamkan segala keraguan anda. Bersama kami, kita melangkah mengikuti jejak Tuhan kita Yesus Kristus seturut teladan suci Bapa Fransiskus
Bila Anda tertarik dan berminat untuk tumbuh dan berkembang bersama kami maka bergabunglah bersama kami dan bersama-sama kita penuhi bumi ini dengan Kabar Gembira Kristus.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan dan jawaban yang sering muncul ketika seseorang ingin mengenal dan ingin bergabung dengan Fransiskan.
Apakah Fransiskan hanya untuk orang-orang �suci�?
Tentu saja tidak. Saudara Fransiskan adalah manusia biasa yang berjuang sebagaimana orang lain untuk melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat. Sebagaimana setiap manusia, seorang Fransiskan kadang-kadang juga berbuat kesalahan. Kita bisa melihat kembali hidup Fransiskus, khususnya pada tahun-tahun awal, pun setelah pertobatannya, dia masih hidup dalam kesalahan dan dosa. Saudara Fransiskan yang baik bukanlah seorang yang suci melainkan seorang yang terus berjuang untuk menjadi suci.
Apakah ada standar akademis tertentu untuk menjadi Fransiskan?
Jawaban singkatnya adalah �tidak�. Tidak ada persyaratan titel akademis tertentu untuk bergabung dengan Persaudaraan. Secara sederhana, St. Fransiskus mengajar kami untuk mencari orang-orang berkehendak baik untuk menghayati cara hidup ini.
Akan tetapi, kami sadar bahwa dunia sekarang berkembang begitu pesat. Supaya kita bisa melayani dengan lebih baik, maka kita juga perlu mengikuti perkembangan dunia ini. Agar para saudara bisa mengikuti perkembangana zaman maka, selama masa formasio awal para saudara akan diutus untuk belajar. Supaya bisa menjalankan tugas perutusan belajar dengan baik maka para saudara juga perlu memiliki kecakapan dasar minimal setingkat SMA. Kami juga menganjurkan bagi anda yang masih kuliah supaya menyelesaikannya terlebih dahulu. Biar bagaimana pun bekal ilmu yang anda miliki akan sangat berguna untuk pelayanan nanti.
Jika seorang saudara ingin ditahbiskan menjadi imam, maka ia harus mengikuti pendidikan calon imam sebagaimana ditetapkan oleh uskup setempat. Ada syarat-syarat tuntutan akademis dan kemampuan lain yang diperlukan. Kurang lebih dibutuhkan waktu selama 8 � 10 tahun untuk ditahbiskan menjadi seorang saudara imam.
Berapa batasan umur untuk calon?
Sebagai patokan umum, seorang bisa menjadi calon Fransiskan kalau sudah lulus SMA dan berumur tidak lebih dari 35. Patokan umum ini dibuat karena calon yang usianya di atas 35 seringkali mengalamai kesulitan yang cukup besar untuk bisa beradaptasi dengan cara hidup yang memang berbeda ini. Akan tetapi terkadang juga terjadi bahwa orang yang sudah cukup umur dan memiliki pengalaman cukup matang, bisa menyesuaikan diri dengan cara hidup sebagai seorang Fransiskan. Karena itu, bisa kami katakan bahwa sebenarnya tidak ada batasan umum karena panggilan itu misteri yang tidak mengenal usia.
Apakah seorang Fransiskan harus menjadi Imam?
Jawabannya adalah tidak. St. Fransiskus sendiri bukanlah seorang imam. Satu di antara empat saudara tidak ditahbiskan menjadi imam. Panggilan yang digunakan di antara kami adalah Saudara. Ordo Saudara-saudara Dina adalah sebuah Persaudaraan dimana beberapa anggotanya adalah imam dan yang lain bukan imam (saudara bruder). Tidak ada pembedaan kelas di antara saudara, imam atau bruder. Ada saudara yang yakin bahwa ia dipanggil untuk pelayanan tertahbis, yang lain merasa dipanggil menjadi Saudara tetapi tidak dalam jajaran para klerus. Semua Saudara mempunyai prasetya (kaul religius) yang sama dan memeluk cara hidup yang sama sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar St. Fransiskus.
Berapa Lama Masa Pendidikannya?
Masa pendidikan ini kami sebut formation awal. Program formatio awal sama untuk semua calon, baik untuk mereka yang mempersiapkan diri untuk tahbisan atau pun tidak. Program ini berlangsung kurang lebih 8 tahun sebagai persiapan untuk kaul kekal. 1 tahun masa postulan, 1 tahun masa novisiat dan 6 tahun kaul sementara. Jika seorang saudara mempersiapkan diri untuk tahbisan imam maka ia akan melanjutkan dengan studi dan pelayanan pastoral selama kurang lebih 2 tahun setelah kaul kekal. Tidak sepanjang waktu tersebut diisi dengan studi. Waktu studi itu juga dipadukan dengan karya dan pengalaman pelayanan serta tanggungjawab untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi.
Berikut ini adalah bagan yang menggambarkan masa pendidikan seorang fransiskan.
bagan-ofm
Apa yang perlu saya lakukan untuk bergabung dengan Persaudaraan OFM?
Sederhana saja, tidak perlu mengisi blangko atau formulir pendaftaran, juga tidak seperti interview untuk melamar pekerjaan. Pertama-tama kami ingin mengenal anda dan kiranya baik kalau anda juga mengenal kami. Kami akan membantu anda untuk bisa menjalin kontak dengan salah satu saudara kami. Kemudian, anda bisa bertemu dengan saudara kami tersebut untuk berbicara tentang keinginan anda secara lebih detail. Anda juga bisa tinggal 2 atau 3 hari di salah satu komunitas kami untuk mencicipi kehidupan harian kami. Kami akan menjaga kontak dengan anda, memberi bahan-bahan bacaan dan juga mendampingi anda sampai pada proses mengajukan lamaran untuk bergabung dengan kami.
Pertanyaan lain?
Mungkin masih ada pertanyaan-pertanyaan lain yang ingin anda sampaikan. Jangan ragu-ragu untuk menyampaikan pertanyaan anda. Kirimkan pertanyaan anda melalui link �Kirim Pesan� dan yakinlah kami akan segera menanggapinya.


Tags