Latest News

Saturday, September 27, 2014

Mgr Petrus Turang Pr todung Katekismus Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2014

Mgr Petrus Turang Pr todung

Katekismus Hari Komunikasi 

Sosial Sedunia 2014

BAHAN “katekese” komunikasi sosial ini adalah bahan pendalaman akan makna perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia, yang berkembang dalam Gereja Katolik. Dengan hadirnya Hari Komunikasi Sosial, Gereja kita memberikan makna kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sebagai sarana pewartaan nilai-nilai Injil dalam dunia.

Gereja memang tidak terlepas dari seluruh perkembangan dan kemajuan dunia, karena Gereja berada demi kebaikan dunia. Pengabdian pastoral dalam dunia komunikasi memusatkan perhatian pada martabat manusia yang diciptakan Allah untuk menggambarkan kepada dunia Diri-Nya sendiri.
Umat beriman katolik selalu diharapkan melibatkan diri, mengembangkan diri dan mencerdaskan hati nurani, agar manusia beriman tidak terperangkap oleh kegemerlapan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi informasi. Melainkan menanggapi kemajuan dunia dalam daya ilahi yang membimbing segalanya menuju kebaikan bersama: manusia seutuhnya dan seluruhnya.
Dengan bantuan kemajuan media komunikasi, yang adalah pemberian Allah, Gereja mendorong dunia untuk menggunakannya secara bertanggungjawab menurut tuntutan nilai-nilai kemanusiaan, yaitu komunikasi yang bermartabat manusiawi. Media komunikasi, apa pun bentuk dan jalurnya, hendaknya memajukan keadilan dan perdamaian dalam peradaban kasih.
Kapan Hari Komunikasi Sosial Sedunia (HKSS) tahun 2014?
Hari Minggu, 1 Juni 2014
Apa tema HKSS 2014? 
Komunikasi : “budaya perjumpaan yang sejati”
Menurut Sri Paus Fransiskus, manakah dasar tema tersebut?
Teknologi media komunikasi seperti digital adalah anugerah Tuhan bagi manusia, tetapi merupakan tantangan yang mendebarkan rasa tanggungjawab manusia juga. Dalam dunia yang berkembang mengecil, kenyataan kesenjangan dan perpecahan masih menghantui dunia kita, sehingga tetap berkecamuk keterasingan, keterpinggiran dan kemiskinan.
Dunia perlu mengupayakan budaya komunikasi yang menyokong terlaksananya perjumpaan sejati antar manusia.
Manakah butir-butir utama dalam pesan Sri Paus Fransiskus?
Komunikasi digital sudah menjadi ruang perjumpaan dalam dunia teknologi baru; suatu budaya baru yang meminta sikap baru, khususnya dalam menumbuhkan perjumpaan bersesama; Gereja harus menerima kehadirannya dengan rasa syukur dan memanfaatkannya demi kebaikan bersama; komunikasi digital membuka kepekaan lebih bagi sesama, utamanya yang berkekurangan; komunikasi digital mudah-mudahan semakin membantu manusia menjadi saudara-saudari yang baik; manusia beriman harus keluar dari diri sendiri kearah sesama dalam kebenaran.
Mengapa “perjumpaan” penting bagi manusia?
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia hidup dalam ranah hubungan satu sama lain. Manusia menjadi manusia sejati dalam perjumpaan. Perjumpaan adalah ruang kodrati untuk menjadi saudara-saudari satu sama lain. Perjumpaan dapat menyelesaikan banyak hal antar manusia.
Perjumpaan digital membuka wawasan meluas dan membangun cara pandang baru.
Perjumpaan menghadirkan sikap berbagi kegembiraan dan kesedihan. Perjumpaan membuat kita berani menjadi seperti orang lain. Perjumpaan membangun dialog dalam memberi dan menerima. Perjumpaan menumbuhkan peradaban kasih bersama. Perjumpaan menjadi ruang berbagi kebaikan dengan sesama. Perjumpaan dapat membuka kemungkinan untuk menyelesaikan perselisihan. Perjumpaan membangun perdamaian, jika perjumpaan menghadirkan sikap saling mendengarkan, saling belajar dan saling menghargai dan menghormati. Perjumpaan, pun dalam ruang digital, menghadirkan martabat setiap orang.
Mgr Petrus Turang Pr todungApakah kemajuan media komunikasi berfaedah bagi persekutuan gerejawi?
Kemajuan media komunikasi amat berfaedah bagi persekutuan orang beriman.
Persekutuan gerejawi menyambut dan memanfaatkannya dengan rasa syukur dan bertanggungjawab. Media komunikasi digital membuka peluang bagi pewartaan Injil. Olehnya, persekutuan gerejawi harus menggunakannya dengan arif bijaksana untuk membawa ketenteraman dan kegembiraan hidup.
Bagaimana perjumpaan itu digambarkan dalam pesan Sri Paus Fransiskus?
Sri Paus Fransiskus menggambarkan perjumpaan sebagai kenyataan manusiawi: kepekaan akan sesama. Perjumpaan itu adalah penerimaan manusiawi seutuhnya. Perjumpaan adalah ruang dimana kita saling menerima seadanya. Perjumpaan itu membangkitkan pengharapan baru dan kegairahan dalam hidup bersama.
Di tengah banyaknya perpecahan, perjumpaan mendekatkan satu sama lain dengan bantuan media komunikasi sosial yang berkembang. Perjumpaan melalui internet misalnya memperluas ruang solidaritas antar manusia. Budaya perjumpaan menghadirkan sikap menerima dan memberi sekaligus. Perjumpaan mengungkapkan ketersediaan untuk sadar bagi orang lain.
Perjumpaan sejati adalah kesaksian kristiani, khususnya dalam dunia digital. Dalam perjumpaan digital, kita harus awas dan bijaksana, agar kita tidak terperangkap dalam lingkungan yang bertentangan dengan perjumpaan sendiri. Perjumpaan adalah persoalan manusiawi dan bukan persoalan teknologis semata.
Manakah keunggulan teknologi informasi modern?
Keunggulannya adalah menjadikan kita lebih dekat, masuk ke dalam dunia yang mengecil.
Persoalannya, dalam ruang yang mengecil tidak dengan sendirinya kita bersatu. Kemungkinan ada, bahwa komunikasi meluas dan mendekat , membuat kita memperalat sesama. Kita dapat melakukan kekerasan dengan media komunikasi yang nampaknya membuat kita dekat satu sama lain.
Dekat secara fisik atau virtual belum dengan sendirinya dekat di hati. Renungkanlah Orang Samaria yang baik !
Manakah tantangan teknologi komunikasi modern?
Tantangan yang paling berat dalam komunikasi modern adalah konsumerisme dan individualisme. Manusia puas diri dan tidak peduli akan lingkungan manusiawinya. Bahkan sesama dapat diperdagangkan lewat media komunikasi modern. Manusia harus beretika dalam media komunikasi digital.
Berjalan di jalan tanpa hambatan digital harus mencapai perjumpaan yang benar.
Bagaimana kehadiran kaum miskin dalam media komunikasi?
Media komunikasi modern diperuntukkan bagi semua orang. Orang yang berkekurangan pun harus mendapat kemungkinan untuk mengaksesnya. Media komunikasi harus berusaha agar orang miskin tidak terpinggirkan atau tertinggal. Kita perlu membangun kepekaan yang memadai bagi semua orang.
Kisah manakah dalam Injil yang diangkat Paus dalam memperjelas perjumpaan?
Paus Fransiskus mengangkat Kisah Orang Samaria yang baik: kepekaan serta peduli sesama yang benar.
Dalam perjumpaan, komunikasi harus sampai pada tanggungjawab bagi orang lain. Kita tidak membiarkan orang pinggiran, tetap terpinggirkan. Kita perlu mengembangkan cara pandang baru seperti Kristus dan tidak terikat dengan tradisi dan kebiasaan yang tidak peka sesama.
Berani membangkitkan sikap baru dan mata baru dalam perjumpaan dengan sesama. Dalam perjumpaan, sesama bukanlah orang asing, khususnya dalam media komunikasi digital. Perjumpaan yang benar, pun dalam media komunikasi digital, bukanlah bentuk gossip.
Apakah sasaran pesan Paus Fransiskus?
Sasarannya adalah bahwa media komunikasi sejatinya membangun budaya bagi perjumpaan yang sejati. Sesama komunikasi kita adalah sesama saudara-saudari yang memiliki kekayaan untuk berbagi.
Komunikasi sosial adalah sarana untuk membangun kesesamaan dalam perjumpaan. Media komunikasi digital mudah-mudahan mendorong budaya perjumpaan yang bersesama.
Bagaimana wawasaan Yesus tentang “sesama”?
Dalam Perumpaan tentang Orang Samaria yang baik, Yesus menghadirkan cara pandangan baru, yaitu bahwa kita tidak saja melihat orang lain seperti diri kita sendiri, tetapi kemampuan untuk membuat diri kita seperti orang lain.
Kita adalah sesama kita. Kita tidak terikat pada keakuan kita, tetapi keakuan kita menjadi orang lain dalam diri kita. Seperti penjelmaan Yesus sendiri: kemanusiaan menjadi jati diri Yesus, sehingga Dia mengalami seluruh kemanusiaan. Keilahian melebur dalam kemanusiaan. Inilah budaya peduli sejati dalam perjumpaan ilahi-manusiawi. Yesus menjati-dirikan dalam diri sesama, terutama sesama yang lemah, kecil dan miskin.
Bagaimana kita dapat menjadi pemeran dalam budaya perjumpaan sejati di tengah persekutuan gerejawi kita dan dalam masyarakat luas?
Pertama-tama, kita belajar dari cara Yesus berkomunikasi, belajar terus menerus sebagai murid-murid-Nya: “Lakukanlah seperti apa yang Aku telah lakukan”. Dengan hadirnya media komunikasi yang berkembang, kita pada dasarnya mendapat bantuan untuk masuk ke dalam budaya luas dari perjumpaan.
Kita menggunakan alat-alat komunikasi modern dengan benar dan bertanggungjawab secara meluas demi kebaikan bersama. Kita dapat dengan mudah berbagi kegembiraan, kesedihan serta pengharapan dengan sesama kita. Kita melibatkan diri, mengembangkan diri serta mecerdaskan diri dengan pengantaraan media komunikasi digital, yaitu berlaku bermartabat manusiawi dan berwibawa sebagai anak-anak Allah.
Manakah ajakan istimewa Paus Fransiskus?
“Ajakan istimewa adalah “Marilah kita berani menjadi warga dunia digital” Bukan sebagai tameng, hiasan atau penampilan dengan kepentingan tersembunyi, tetapi tanda tekad kita akan cintakasih dan belas kasih bagi sesama kita.
Inilah kekuatan berbantuan kita untuk mewujudkan budaya perjumpaan yang sejati.
Siapakah yang mendapat mandat untuk mengembangkan pastoral komunikasi sosial?
Pada tingkat Gereja Universal adalah Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial; pada tingkat Konferensi para Uskup di Indonesia: Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI); dan pada tingkat Keuskupan; Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan.
Sedangkan pada Federasi Konferensi-konferensi Uskup Asia, FABC-OSC: Kantor Komunikasi Sosial yang berkedudukan di Manila, Filipina.
Di tingkat paroki, hendaknya juga terjalin perhatian akan media komunikasi, khususnya komunikasi digital.
Manakah media komunikasi sosial itu?
Media cetak seperti buku, surat kabar, dan majalah, media visual seperti Infocus, lukisan, foto, Media audio adalah radio dan telepon kabel. Media audio-visual seperti bioskop, televisi, komputer dengan internet, telepon genggam dan iPhone, iPad serta media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, dengan mesinnya seperti Yahoo, Google etc.
Bagaimana dampak media sosial, khususnya digital, dalam kaum muda?
Orang muda memang paling terkesima dengan kemajuan media sosial. Semangat muda mendorong mereka untuk memperluas dan membangun pertemanan melalui media sosial.
Dampak ini amat berfaedah dalam membangun wawasan hidup, karena mereka boleh menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Perjumpaan hidupnya meluas dalam berbagi pengalaman serta harapan dalam hidup ini.
Syaratnya, tanggungjawab martabat manusiawi. Bahayanya, dengan mengadakan relasi sosial meluas, mereka tidak dengan sendirinya mencerdaskan kepribadiannya, bahkan dengan jejaring sosial mereka dapat terasing dan kesepian. Mereka tidak lagi belajar berpikir dan berpendapat sendiri, karena pengaruh media sosial. Dalam dunia yang semakin konsumeristik dan individualistik, media sosial seperti internet dengan aneka kemudahannya, kaum muda dapat terperangkap pada pelbagai kebutuhan yang pada dasarnya bukan kebutuhan nyata.
Bahkan, media sosial dapat menjadikan pribadinya kerdil, karena lingkungan dekat sekitarnya tidak lagi dilihat sebagai makna pertumbuhan dirinya.
Bagaimana kita menggunakan media sosial dengan benar?
Media sosial adalah anugerah dalam hidup kita. Kita patut menggunakannya dengan penuh tanggungjawab manusiawi, agar kita semakin bermartabat dengan kehadiran media sosial.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi diperuntukkan bagi pengembangan dan pencerdasan hubungan manusiawi dalam keadilan dan perdamaian. Oleh karena itu, kita perlu menaruh perhatian pada “apa, siapa, kapan, bagaimana” dalam menggunakan media sosial, agar budaya kerukunan semakin tumbuh dalam perjumpaan digital.
Dimana Perayaan Nasional “Hari Komunikasi Sosial Sedunia” Tahun 2014?
Perayaan nasional Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2014 akan diselenggarakan di Keuskupan Weetebula, Pulau Sumba, dalam hubungan dengan “Yubileum 125 Tahun Masuknya Gereja Katolik” di Sumba. Kehadiran perayaan ini adalah suatu pernyataan syukur atas karunia iman kristiani dalam persekutuan gerejawi Keuskupan Weetebula.
Inilah penegasan komunikasi iman dalam upaya evangelisasi “sampai ke ujung bumi”, sebagaimana diperintahkan oleh Yesus Kristus.
Program Komunikasi Sosial 2014 akan menjambangi persekutuan gerejawi setempat, dimana kehadiran media sosial telah menjadi bagian utuh dari perjalanan hidupnya. Dengan memberikan kepedulian pada Perayaan Yubileum 125 Tahun, Komisi Komunikasi Sosial KWI bermaksud untuk memperluas makna pendidikan serta pelatihan media sosial, khususnya bagi generasi muda, agar budaya baru ini mampu membangkitkan serta menggerakkan kerukunan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Injil Yesus Kristus.
Penggunaan media sosial dalam evangelisasi mudah-mudahan menyapa hati persekutuan gerejawi menuju perjumpaan yang menghormati dan menghargai martabat sesama. Tujuannya adalah menghadirkan “suatu budaya bersesama”, dimana berkembang perjumpaan saudara-saudari Yesus Kristus, yang menjadi unggul karena lingkungan hidup sosial, ekonomi, politik dan budaya berbajusirakan belaskasih yang berkelanjutan secara manusiawi.
Budaya perjumpaan sejati adalah bentuk komunikasi yang lahir dari peradaban kasih sebagai penegasan dari komunikasi iman dalam persekutuan gerejawi dan masyarakat luas. Budaya perjumpaan sejati bukan berarti bahwa tiada perselisihan atau pun kesenjangan dalam perjalanan hidup bersama, tetapi komunikasi iman selalu mampu menemukan jalan keluar bersama demi kebaikan bersama, yaitu sikap rela mengampuni.
Perjumpaan sejati dengan media sosial harus menjadi tanda kasih karunia Tuhan, dimana kita semua sadar akan martabat kita sebagai anak-anak Allah dengan segala kerapuhan manusiawi. Oleh karena itu, kehadiran penyelenggaran Hari Komunikasi Sosial harus dipandang sebagai sarana budaya perjumpaan dalam konteks pendidikan iman, di mana persekutuan gerejawi belajar kembali sebagai murid-murid Kristus yang dikenal karena perbuatan kasih (cf. Yoh 13:35).
Mudah-mudahan peringatan Hari Komunikasi Sedunia di masing-masing Keuskupan, khususnya perayaan Yubileum 125 Tahun Evangelisasi Pulau Sumba di keuskupan Weetebula, menjadi kesempatan berahmat dalam membangkitkan, menumbuhkan, menggerakkan, memberdayakan serta mencerdaskan pola berpikir bersesama dan pola laku bersesama dalam ikut menghadirkan kesejahteraan bersama dalam masyarakat setempat.
Panggilan serta perutusan ini adalah penegasan Roh dalam setiap persekutuan gerejawi yang semakin dewasa dalam membangun hubungan-hubungan manusiawi yang bermartabat. Kecenderungan untuk menghambat perjumpaan yang merukunkan merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan kegembiraan Injil yang dianugerahkan Allah dalam Permandian.
Kehadiran perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia adalah ungkapan kegembiraan guna menghargai serta bersyukur atas anugerah media sosial yang mendekatkan ruang kebersamaan hidup, di mana perjumpaan manusiawi mampu mengalami perubahan, yaitu dorongan baru membangun persaudaraan sebagai budaya perjumpaan sejati. Inilah mudah-mudahan wujud evangelisasi baru yang terlaksana secara interkultural dan interaksional dan dihayati berkelanjutan secara manusiawi sebagai salah satu dampak kemajuan teknologi informasi digital.
Jejaring sosial melalui interaksi digital adalah anugerah Tuhan bagi manusia. Sarana komunikasi baru ini juga merupakan kabar gembira dalam persekutuan gerejawi dan oleh karena itu, hendaknya dimanfaatkan dengan penuh tanggungjawab dan rasa terima kasih dalam membangun peradaban kasih. Persekutuan gerejawi, yang terutus untuk memberitakan Kabar Gembira dalam dunia, mempunyai kewajiban untuk berbagi nilai-nilai Injil demi mendorong mekarnya sikap bersesama, khususnya melalui antar-hubungan digital. Dengan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan dalam penggunaan media komunikasi digital, persekutuan gerejawi kiranya mengalami kedekatan yang penuh dengan sikap saling menghormati dan menghargai.
Memang terdapat tantangan besar, karena komunikasi digital tidak dengan sendirinya mempererat hubungan-hubungan manusiawi. Dengan hati nurani yang cerdas Kristiani, persekutuan gerejawi mampu menghadirkan kesegaran serta kesejukan dalam menggunakan media sosial digital, sehingga antar-hubungan yang semakin mendekatkan satu sama lain dapat berlangsung berkelanjutan secara manusiawi, agar keutuhan lingkungan hidup semakin memperlihatkan keindahan mutu hidup dalam budaya perjumpaan yang sejati manusiawi.
Kupang, 15 Pebruari 2014
Uskup Petrus Turang
Ketua Komisi Komunikasi Sosial KWI

Mgr Petrus Turang Pr todung Katekismus Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2014

Mgr Petrus Turang Pr todung

Katekismus Hari Komunikasi 

Sosial Sedunia 2014

BAHAN �katekese� komunikasi sosial ini adalah bahan pendalaman akan makna perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia, yang berkembang dalam Gereja Katolik. Dengan hadirnya Hari Komunikasi Sosial, Gereja kita memberikan makna kemajuan teknologi komunikasi dan informasi sebagai sarana pewartaan nilai-nilai Injil dalam dunia.

Gereja memang tidak terlepas dari seluruh perkembangan dan kemajuan dunia, karena Gereja berada demi kebaikan dunia. Pengabdian pastoral dalam dunia komunikasi memusatkan perhatian pada martabat manusia yang diciptakan Allah untuk menggambarkan kepada dunia Diri-Nya sendiri.
Umat beriman katolik selalu diharapkan melibatkan diri, mengembangkan diri dan mencerdaskan hati nurani, agar manusia beriman tidak terperangkap oleh kegemerlapan ilmu dan teknologi, khususnya teknologi informasi. Melainkan menanggapi kemajuan dunia dalam daya ilahi yang membimbing segalanya menuju kebaikan bersama: manusia seutuhnya dan seluruhnya.
Dengan bantuan kemajuan media komunikasi, yang adalah pemberian Allah, Gereja mendorong dunia untuk menggunakannya secara bertanggungjawab menurut tuntutan nilai-nilai kemanusiaan, yaitu komunikasi yang bermartabat manusiawi. Media komunikasi, apa pun bentuk dan jalurnya, hendaknya memajukan keadilan dan perdamaian dalam peradaban kasih.
Kapan Hari Komunikasi Sosial Sedunia (HKSS) tahun 2014?
Hari Minggu, 1 Juni 2014
Apa tema HKSS 2014? 
Komunikasi : �budaya perjumpaan yang sejati�
Menurut Sri Paus Fransiskus, manakah dasar tema tersebut?
Teknologi media komunikasi seperti digital adalah anugerah Tuhan bagi manusia, tetapi merupakan tantangan yang mendebarkan rasa tanggungjawab manusia juga. Dalam dunia yang berkembang mengecil, kenyataan kesenjangan dan perpecahan masih menghantui dunia kita, sehingga tetap berkecamuk keterasingan, keterpinggiran dan kemiskinan.
Dunia perlu mengupayakan budaya komunikasi yang menyokong terlaksananya perjumpaan sejati antar manusia.
Manakah butir-butir utama dalam pesan Sri Paus Fransiskus?
Komunikasi digital sudah menjadi ruang perjumpaan dalam dunia teknologi baru; suatu budaya baru yang meminta sikap baru, khususnya dalam menumbuhkan perjumpaan bersesama; Gereja harus menerima kehadirannya dengan rasa syukur dan memanfaatkannya demi kebaikan bersama; komunikasi digital membuka kepekaan lebih bagi sesama, utamanya yang berkekurangan; komunikasi digital mudah-mudahan semakin membantu manusia menjadi saudara-saudari yang baik; manusia beriman harus keluar dari diri sendiri kearah sesama dalam kebenaran.
Mengapa �perjumpaan� penting bagi manusia?
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia hidup dalam ranah hubungan satu sama lain. Manusia menjadi manusia sejati dalam perjumpaan. Perjumpaan adalah ruang kodrati untuk menjadi saudara-saudari satu sama lain. Perjumpaan dapat menyelesaikan banyak hal antar manusia.
Perjumpaan digital membuka wawasan meluas dan membangun cara pandang baru.
Perjumpaan menghadirkan sikap berbagi kegembiraan dan kesedihan. Perjumpaan membuat kita berani menjadi seperti orang lain. Perjumpaan membangun dialog dalam memberi dan menerima. Perjumpaan menumbuhkan peradaban kasih bersama. Perjumpaan menjadi ruang berbagi kebaikan dengan sesama. Perjumpaan dapat membuka kemungkinan untuk menyelesaikan perselisihan. Perjumpaan membangun perdamaian, jika perjumpaan menghadirkan sikap saling mendengarkan, saling belajar dan saling menghargai dan menghormati. Perjumpaan, pun dalam ruang digital, menghadirkan martabat setiap orang.
Mgr Petrus Turang Pr todungApakah kemajuan media komunikasi berfaedah bagi persekutuan gerejawi?
Kemajuan media komunikasi amat berfaedah bagi persekutuan orang beriman.
Persekutuan gerejawi menyambut dan memanfaatkannya dengan rasa syukur dan bertanggungjawab. Media komunikasi digital membuka peluang bagi pewartaan Injil. Olehnya, persekutuan gerejawi harus menggunakannya dengan arif bijaksana untuk membawa ketenteraman dan kegembiraan hidup.
Bagaimana perjumpaan itu digambarkan dalam pesan Sri Paus Fransiskus?
Sri Paus Fransiskus menggambarkan perjumpaan sebagai kenyataan manusiawi: kepekaan akan sesama. Perjumpaan itu adalah penerimaan manusiawi seutuhnya. Perjumpaan adalah ruang dimana kita saling menerima seadanya. Perjumpaan itu membangkitkan pengharapan baru dan kegairahan dalam hidup bersama.
Di tengah banyaknya perpecahan, perjumpaan mendekatkan satu sama lain dengan bantuan media komunikasi sosial yang berkembang. Perjumpaan melalui internet misalnya memperluas ruang solidaritas antar manusia. Budaya perjumpaan menghadirkan sikap menerima dan memberi sekaligus. Perjumpaan mengungkapkan ketersediaan untuk sadar bagi orang lain.
Perjumpaan sejati adalah kesaksian kristiani, khususnya dalam dunia digital. Dalam perjumpaan digital, kita harus awas dan bijaksana, agar kita tidak terperangkap dalam lingkungan yang bertentangan dengan perjumpaan sendiri. Perjumpaan adalah persoalan manusiawi dan bukan persoalan teknologis semata.
Manakah keunggulan teknologi informasi modern?
Keunggulannya adalah menjadikan kita lebih dekat, masuk ke dalam dunia yang mengecil.
Persoalannya, dalam ruang yang mengecil tidak dengan sendirinya kita bersatu. Kemungkinan ada, bahwa komunikasi meluas dan mendekat , membuat kita memperalat sesama. Kita dapat melakukan kekerasan dengan media komunikasi yang nampaknya membuat kita dekat satu sama lain.
Dekat secara fisik atau virtual belum dengan sendirinya dekat di hati. Renungkanlah Orang Samaria yang baik !
Manakah tantangan teknologi komunikasi modern?
Tantangan yang paling berat dalam komunikasi modern adalah konsumerisme dan individualisme. Manusia puas diri dan tidak peduli akan lingkungan manusiawinya. Bahkan sesama dapat diperdagangkan lewat media komunikasi modern. Manusia harus beretika dalam media komunikasi digital.
Berjalan di jalan tanpa hambatan digital harus mencapai perjumpaan yang benar.
Bagaimana kehadiran kaum miskin dalam media komunikasi?
Media komunikasi modern diperuntukkan bagi semua orang. Orang yang berkekurangan pun harus mendapat kemungkinan untuk mengaksesnya. Media komunikasi harus berusaha agar orang miskin tidak terpinggirkan atau tertinggal. Kita perlu membangun kepekaan yang memadai bagi semua orang.
Kisah manakah dalam Injil yang diangkat Paus dalam memperjelas perjumpaan?
Paus Fransiskus mengangkat Kisah Orang Samaria yang baik: kepekaan serta peduli sesama yang benar.
Dalam perjumpaan, komunikasi harus sampai pada tanggungjawab bagi orang lain. Kita tidak membiarkan orang pinggiran, tetap terpinggirkan. Kita perlu mengembangkan cara pandang baru seperti Kristus dan tidak terikat dengan tradisi dan kebiasaan yang tidak peka sesama.
Berani membangkitkan sikap baru dan mata baru dalam perjumpaan dengan sesama. Dalam perjumpaan, sesama bukanlah orang asing, khususnya dalam media komunikasi digital. Perjumpaan yang benar, pun dalam media komunikasi digital, bukanlah bentuk gossip.
Apakah sasaran pesan Paus Fransiskus?
Sasarannya adalah bahwa media komunikasi sejatinya membangun budaya bagi perjumpaan yang sejati. Sesama komunikasi kita adalah sesama saudara-saudari yang memiliki kekayaan untuk berbagi.
Komunikasi sosial adalah sarana untuk membangun kesesamaan dalam perjumpaan. Media komunikasi digital mudah-mudahan mendorong budaya perjumpaan yang bersesama.
Bagaimana wawasaan Yesus tentang �sesama�?
Dalam Perumpaan tentang Orang Samaria yang baik, Yesus menghadirkan cara pandangan baru, yaitu bahwa kita tidak saja melihat orang lain seperti diri kita sendiri, tetapi kemampuan untuk membuat diri kita seperti orang lain.
Kita adalah sesama kita. Kita tidak terikat pada keakuan kita, tetapi keakuan kita menjadi orang lain dalam diri kita. Seperti penjelmaan Yesus sendiri: kemanusiaan menjadi jati diri Yesus, sehingga Dia mengalami seluruh kemanusiaan. Keilahian melebur dalam kemanusiaan. Inilah budaya peduli sejati dalam perjumpaan ilahi-manusiawi. Yesus menjati-dirikan dalam diri sesama, terutama sesama yang lemah, kecil dan miskin.
Bagaimana kita dapat menjadi pemeran dalam budaya perjumpaan sejati di tengah persekutuan gerejawi kita dan dalam masyarakat luas?
Pertama-tama, kita belajar dari cara Yesus berkomunikasi, belajar terus menerus sebagai murid-murid-Nya: �Lakukanlah seperti apa yang Aku telah lakukan�. Dengan hadirnya media komunikasi yang berkembang, kita pada dasarnya mendapat bantuan untuk masuk ke dalam budaya luas dari perjumpaan.
Kita menggunakan alat-alat komunikasi modern dengan benar dan bertanggungjawab secara meluas demi kebaikan bersama. Kita dapat dengan mudah berbagi kegembiraan, kesedihan serta pengharapan dengan sesama kita. Kita melibatkan diri, mengembangkan diri serta mecerdaskan diri dengan pengantaraan media komunikasi digital, yaitu berlaku bermartabat manusiawi dan berwibawa sebagai anak-anak Allah.
Manakah ajakan istimewa Paus Fransiskus?
�Ajakan istimewa adalah �Marilah kita berani menjadi warga dunia digital� Bukan sebagai tameng, hiasan atau penampilan dengan kepentingan tersembunyi, tetapi tanda tekad kita akan cintakasih dan belas kasih bagi sesama kita.
Inilah kekuatan berbantuan kita untuk mewujudkan budaya perjumpaan yang sejati.
Siapakah yang mendapat mandat untuk mengembangkan pastoral komunikasi sosial?
Pada tingkat Gereja Universal adalah Dewan Kepausan untuk Komunikasi Sosial; pada tingkat Konferensi para Uskup di Indonesia: Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (KWI); dan pada tingkat Keuskupan; Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan.
Sedangkan pada Federasi Konferensi-konferensi Uskup Asia, FABC-OSC: Kantor Komunikasi Sosial yang berkedudukan di Manila, Filipina.
Di tingkat paroki, hendaknya juga terjalin perhatian akan media komunikasi, khususnya komunikasi digital.
Manakah media komunikasi sosial itu?
Media cetak seperti buku, surat kabar, dan majalah, media visual seperti Infocus, lukisan, foto, Media audio adalah radio dan telepon kabel. Media audio-visual seperti bioskop, televisi, komputer dengan internet, telepon genggam dan iPhone, iPad serta media sosial seperti Facebook, Twitter, Youtube, dengan mesinnya seperti Yahoo, Google etc.
Bagaimana dampak media sosial, khususnya digital, dalam kaum muda?
Orang muda memang paling terkesima dengan kemajuan media sosial. Semangat muda mendorong mereka untuk memperluas dan membangun pertemanan melalui media sosial.
Dampak ini amat berfaedah dalam membangun wawasan hidup, karena mereka boleh menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Perjumpaan hidupnya meluas dalam berbagi pengalaman serta harapan dalam hidup ini.
Syaratnya, tanggungjawab martabat manusiawi. Bahayanya, dengan mengadakan relasi sosial meluas, mereka tidak dengan sendirinya mencerdaskan kepribadiannya, bahkan dengan jejaring sosial mereka dapat terasing dan kesepian. Mereka tidak lagi belajar berpikir dan berpendapat sendiri, karena pengaruh media sosial. Dalam dunia yang semakin konsumeristik dan individualistik, media sosial seperti internet dengan aneka kemudahannya, kaum muda dapat terperangkap pada pelbagai kebutuhan yang pada dasarnya bukan kebutuhan nyata.
Bahkan, media sosial dapat menjadikan pribadinya kerdil, karena lingkungan dekat sekitarnya tidak lagi dilihat sebagai makna pertumbuhan dirinya.
Bagaimana kita menggunakan media sosial dengan benar?
Media sosial adalah anugerah dalam hidup kita. Kita patut menggunakannya dengan penuh tanggungjawab manusiawi, agar kita semakin bermartabat dengan kehadiran media sosial.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi diperuntukkan bagi pengembangan dan pencerdasan hubungan manusiawi dalam keadilan dan perdamaian. Oleh karena itu, kita perlu menaruh perhatian pada �apa, siapa, kapan, bagaimana� dalam menggunakan media sosial, agar budaya kerukunan semakin tumbuh dalam perjumpaan digital.
Dimana Perayaan Nasional �Hari Komunikasi Sosial Sedunia� Tahun 2014?
Perayaan nasional Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2014 akan diselenggarakan di Keuskupan Weetebula, Pulau Sumba, dalam hubungan dengan �Yubileum 125 Tahun Masuknya Gereja Katolik� di Sumba. Kehadiran perayaan ini adalah suatu pernyataan syukur atas karunia iman kristiani dalam persekutuan gerejawi Keuskupan Weetebula.
Inilah penegasan komunikasi iman dalam upaya evangelisasi �sampai ke ujung bumi�, sebagaimana diperintahkan oleh Yesus Kristus.
Program Komunikasi Sosial 2014 akan menjambangi persekutuan gerejawi setempat, dimana kehadiran media sosial telah menjadi bagian utuh dari perjalanan hidupnya. Dengan memberikan kepedulian pada Perayaan Yubileum 125 Tahun, Komisi Komunikasi Sosial KWI bermaksud untuk memperluas makna pendidikan serta pelatihan media sosial, khususnya bagi generasi muda, agar budaya baru ini mampu membangkitkan serta menggerakkan kerukunan hidup berdasarkan prinsip-prinsip Injil Yesus Kristus.
Penggunaan media sosial dalam evangelisasi mudah-mudahan menyapa hati persekutuan gerejawi menuju perjumpaan yang menghormati dan menghargai martabat sesama. Tujuannya adalah menghadirkan �suatu budaya bersesama�, dimana berkembang perjumpaan saudara-saudari Yesus Kristus, yang menjadi unggul karena lingkungan hidup sosial, ekonomi, politik dan budaya berbajusirakan belaskasih yang berkelanjutan secara manusiawi.
Budaya perjumpaan sejati adalah bentuk komunikasi yang lahir dari peradaban kasih sebagai penegasan dari komunikasi iman dalam persekutuan gerejawi dan masyarakat luas. Budaya perjumpaan sejati bukan berarti bahwa tiada perselisihan atau pun kesenjangan dalam perjalanan hidup bersama, tetapi komunikasi iman selalu mampu menemukan jalan keluar bersama demi kebaikan bersama, yaitu sikap rela mengampuni.
Perjumpaan sejati dengan media sosial harus menjadi tanda kasih karunia Tuhan, dimana kita semua sadar akan martabat kita sebagai anak-anak Allah dengan segala kerapuhan manusiawi. Oleh karena itu, kehadiran penyelenggaran Hari Komunikasi Sosial harus dipandang sebagai sarana budaya perjumpaan dalam konteks pendidikan iman, di mana persekutuan gerejawi belajar kembali sebagai murid-murid Kristus yang dikenal karena perbuatan kasih (cf. Yoh 13:35).
Mudah-mudahan peringatan Hari Komunikasi Sedunia di masing-masing Keuskupan, khususnya perayaan Yubileum 125 Tahun Evangelisasi Pulau Sumba di keuskupan Weetebula, menjadi kesempatan berahmat dalam membangkitkan, menumbuhkan, menggerakkan, memberdayakan serta mencerdaskan pola berpikir bersesama dan pola laku bersesama dalam ikut menghadirkan kesejahteraan bersama dalam masyarakat setempat.
Panggilan serta perutusan ini adalah penegasan Roh dalam setiap persekutuan gerejawi yang semakin dewasa dalam membangun hubungan-hubungan manusiawi yang bermartabat. Kecenderungan untuk menghambat perjumpaan yang merukunkan merupakan suatu perilaku yang tidak sesuai dengan kegembiraan Injil yang dianugerahkan Allah dalam Permandian.
Kehadiran perayaan Hari Komunikasi Sosial Sedunia adalah ungkapan kegembiraan guna menghargai serta bersyukur atas anugerah media sosial yang mendekatkan ruang kebersamaan hidup, di mana perjumpaan manusiawi mampu mengalami perubahan, yaitu dorongan baru membangun persaudaraan sebagai budaya perjumpaan sejati. Inilah mudah-mudahan wujud evangelisasi baru yang terlaksana secara interkultural dan interaksional dan dihayati berkelanjutan secara manusiawi sebagai salah satu dampak kemajuan teknologi informasi digital.
Jejaring sosial melalui interaksi digital adalah anugerah Tuhan bagi manusia. Sarana komunikasi baru ini juga merupakan kabar gembira dalam persekutuan gerejawi dan oleh karena itu, hendaknya dimanfaatkan dengan penuh tanggungjawab dan rasa terima kasih dalam membangun peradaban kasih. Persekutuan gerejawi, yang terutus untuk memberitakan Kabar Gembira dalam dunia, mempunyai kewajiban untuk berbagi nilai-nilai Injil demi mendorong mekarnya sikap bersesama, khususnya melalui antar-hubungan digital. Dengan memperdalam pengetahuan dan ketrampilan dalam penggunaan media komunikasi digital, persekutuan gerejawi kiranya mengalami kedekatan yang penuh dengan sikap saling menghormati dan menghargai.
Memang terdapat tantangan besar, karena komunikasi digital tidak dengan sendirinya mempererat hubungan-hubungan manusiawi. Dengan hati nurani yang cerdas Kristiani, persekutuan gerejawi mampu menghadirkan kesegaran serta kesejukan dalam menggunakan media sosial digital, sehingga antar-hubungan yang semakin mendekatkan satu sama lain dapat berlangsung berkelanjutan secara manusiawi, agar keutuhan lingkungan hidup semakin memperlihatkan keindahan mutu hidup dalam budaya perjumpaan yang sejati manusiawi.
Kupang, 15 Pebruari 2014
Uskup Petrus Turang
Ketua Komisi Komunikasi Sosial KWI

Sudah Saatnya Memanfaatkan Media Sosial Sebagai Sarana Pewartaan

media sosial pewartaan

Sudah Saatnya Memanfaatkan Media Sosial Sebagai Sarana Pewartaan


DERASNYA arus informasi akibat pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mau tidak mau memengaruhi budaya kita. Arus ini tidak bisa dibendung. Ada efek negatif, tetapi juga positifnya. Kita harus bijak menyikapinya.

Pakar komunikasi sekaligus CEO Grup Suara Surabaya Media Errol Jonathans mengingatkan bahwa media-media ini semua bisa dimanfaatkan dan dipergunakan untuk membangun solidaritas, bukan untuk chating-chatingan saja.

Dalam seminar bertajuk “Komunikasi : Budaya Perjumpaan yang Sejati” di Aula Seruni, Keuskupan Weetbula, Sumba, NTT, Sabtu (31/5/2014) yang diikuti oleh para romo, suster dan orang muda katolik ini, Errol Jonathans juga menyampaikan materi tentang bagaimana media-media sosial yang didukung internet ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pewartaan.

Mengutip apa yang disampaikan ketiga paus kita dalam pesannya di hari komunikasi sosial sedunia, Errol menyebutkan, Paus Yohanes Paulus II pada hari komsos 2002 menyebutkan bahwa “Gereja menyikapi internet dengan realisme  dan rasa percaya diri. Internet adalah sarana bukan tujuan. Bagi gereja dunia maya seperti petualangan besar yang potensial untuk pewartaan injil. Dan tantangan ini merupakan inti makna mengikuti perintah Tuhan agar masuk makin dalam.”

Sementara itu Paus Benediktus XVI pada 2010 menyebutkan “Media baru memberi kemungkinan pastoral yang baru dan kaya mendorong imam untuk melibatkan diri dalam universalitas perutusan gereja dan membangun persahabatan yang luas dan konkret serta memberi kesaksian di dunia zaman kini tetang hidup baru yang berasal dari injil Yesus.”

Di zaman ini, Paus Fransiskus dalam pesannya menyebutkan bahwa dengan sarana internet, pesan kristiani dapat menjangkau sampai ke ujung bumi. “Dengan menjaga pintu-pintu  gereja terbuka, juga berarti menjaganya terbuka dalam lingkungan digital sehingga orang-orang apa pun keadaan hidupnya dapat masuk sehingga Injil dapat pergi menjumpai semua orang.”

Jadi, ketiga paus mengatakan bahwa internet bisa menjadi sarana pewartaan. Injil diseberangkan melalui sarana-sarana ini, kata Errol.

Source : http://waligereja-online.blogspot.com/

Sudah Saatnya Memanfaatkan Media Sosial Sebagai Sarana Pewartaan

media sosial pewartaan

Sudah Saatnya Memanfaatkan Media Sosial Sebagai Sarana Pewartaan


DERASNYA arus informasi akibat pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi mau tidak mau memengaruhi budaya kita. Arus ini tidak bisa dibendung. Ada efek negatif, tetapi juga positifnya. Kita harus bijak menyikapinya.

Pakar komunikasi sekaligus CEO Grup Suara Surabaya Media Errol Jonathans mengingatkan bahwa media-media ini semua bisa dimanfaatkan dan dipergunakan untuk membangun solidaritas, bukan untuk chating-chatingan saja.

Dalam seminar bertajuk �Komunikasi : Budaya Perjumpaan yang Sejati� di Aula Seruni, Keuskupan Weetbula, Sumba, NTT, Sabtu (31/5/2014) yang diikuti oleh para romo, suster dan orang muda katolik ini, Errol Jonathans juga menyampaikan materi tentang bagaimana media-media sosial yang didukung internet ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pewartaan.

Mengutip apa yang disampaikan ketiga paus kita dalam pesannya di hari komunikasi sosial sedunia, Errol menyebutkan, Paus Yohanes Paulus II pada hari komsos 2002 menyebutkan bahwa �Gereja menyikapi internet dengan realisme  dan rasa percaya diri. Internet adalah sarana bukan tujuan. Bagi gereja dunia maya seperti petualangan besar yang potensial untuk pewartaan injil. Dan tantangan ini merupakan inti makna mengikuti perintah Tuhan agar masuk makin dalam.�

Sementara itu Paus Benediktus XVI pada 2010 menyebutkan �Media baru memberi kemungkinan pastoral yang baru dan kaya mendorong imam untuk melibatkan diri dalam universalitas perutusan gereja dan membangun persahabatan yang luas dan konkret serta memberi kesaksian di dunia zaman kini tetang hidup baru yang berasal dari injil Yesus.�

Di zaman ini, Paus Fransiskus dalam pesannya menyebutkan bahwa dengan sarana internet, pesan kristiani dapat menjangkau sampai ke ujung bumi. �Dengan menjaga pintu-pintu  gereja terbuka, juga berarti menjaganya terbuka dalam lingkungan digital sehingga orang-orang apa pun keadaan hidupnya dapat masuk sehingga Injil dapat pergi menjumpai semua orang.�

Jadi, ketiga paus mengatakan bahwa internet bisa menjadi sarana pewartaan. Injil diseberangkan melalui sarana-sarana ini, kata Errol.

Source : http://waligereja-online.blogspot.com/

Sunday, September 14, 2014

MANFAAT IBADAH BAGI ORANG PERCAYA



MANFAAT IBADAH BAGI ORANG PERCAYA

Baca Firman TUHAN di Yesaya 29:9-16

"Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan," (Yesaya 29:13)


Tuhan mengecam bangsa Israel karena ibadah yang mereka jalankan selama ini hanyalah rutinitas belaka; pujian dan penyembahan yang mereka lakukan hanyalah lips service, sementara hatinya sangat jauh dari Tuhan. Jika ibadah yang kita lakukan selama ini setali tiga uang dengan ibadah bangsa Israel, maka semuanya tidak akan berdampak apa-apa. Sesungguhnya, ibadah adalah media penginjilan gereja bagi dunia. Melalui ibadah, gereja, menyampaikan kabar baik kepada dunia tentang kasih Tuhan dan pengharapan yang pasti di dalam Dia.

Rasul Paulus mengatakan bahwa ibadah itu berguna dalam segala hal:

1. Sebagai penyegaran rohani.

Setiap hari kita diperhadapkan dengan banyak pergumulan dan masalah, karena itu kita membutuhkan kekuatan dan penghiburan. Dan ibadah menjadi jawaban atas itu semua. Melalui firman Tuhan kita diingatkan kembali betapa kita memiliki Tuhan yang heran dan ajaib. Masalah yang kita alami tidak sebanding dengan kebesaran dan kuasa Tuhan. Hal ini memberikan ketenangan hidup bagi kita. Namun kita perlu ingat bahwa motivasi kita dalam beribadah akan mempengaruhi seluruh hidup kita. Bila kita beribadah dengan tujuan agar Tuhan mengabulkan doa-doa kita dan memberkati kita, maka kita akan mudah kecewa dan stres. Namun bila kita bertekad untuk menyenangkan hati Tuhan, hidup kita akan penuh dengan ketenangan. Sesungguhnya, ibadah menolong orang percaya untuk tetap memiliki pengharapan kepada Tuhan sehingga lebih sabar menghadapi kesulitan hidup.

2. Pelayanan.

Dalam ibadah kita berkumpul dengan keluarga besar Kerajaan Allah. Ada tertulis: "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah." (Efesus 2:19). Oleh karena itu kita harus saling mengasihi dan melengkapi satu sama lain. Dan dalam ibadah inilah kita memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan karena melayani itu bukanlah hak istimewa para hamba Tuhan atau profesional di bidang rohani saja; setiap orang Kristen adalah hamba yang melayani (baca 1 Petrus 2:9).

Beribadahlah dengan segenap hati dan layanilah Tuhan, karena Dia layak mendapatkan yang terbaik dari hidup kita.


Source : FB Renungan Harian Kristen


FOTO JADUL SEMASA NOPISIAT TAHUN 1971



FOTO JADUL SEMASA NOPISIAT TAHUN 1971

Membuka-buka album lama akan membuat kita terkenang akan masa lampau dengan segala orang dan suasana pada waktu itu. Namun kenangan yang lebih dominan ialah perjalanan hidup yang kita jalani dengan segala manis-pahitnya.

Saya posting di sini foto penghuni Biara Kapusin Parapat tahun 1971 (para pastor staf pembina dan para frater). Kami berfoto bersama karena Pater Propinsial dari Belanda mengadakan visitasi. Kalau tak salah nama Propinsial itu ialah Pater Alfred. Kami nopis waktu itu cuma 8 orang. Frater-frater lain yang ada dalam foto itu ialah Tingkat I dan Tingkat II Filsafat.

Bisa anda kenal yang mana saya dalam foto itu? Hehehe...


Source : Leo Sipahutar Ofmcap
Leo Sipahutar Ofmcap

Thursday, September 11, 2014

Orang Miskin Dilarang Sakit!

 

Orang Miskin Dilarang Sakit!

 

Bukan saja dilarang sakit, tapi juga dilarang merengek. Camkan!

 

SEMOGA provokasi kalimat di atas membawa Anda pada baris ini. Bukan mengada-ngada atau sekedar mencari sensasi bila kalimat di atas menggelitik atau bahkan menjengkelkan Anda. Pasalnya, inilah yang terjadi di negeri kita tersayang Indonesia. Ketika orang miskin bukan saja dilarang sekolah, dilarang pandai, dilarang sukses, tapi juga dilarang sakit – mungkin suatu saat dilarang kentut!
Kegusaran ini mampir di benak saya ketika berobat ke rumah sakit beberapa hari lalu. Minggu lalu, tenggorokan saya sakit sekali – setelah sebelumnya ada sariawan yang berbaring asik di bawah pangkal lidah – silahkan bayangkan menderitanya saya ketika menyeruput kuah soto tongkar pedas. Karena tak kunjung sembuh walau sudah diobati sendiri – bagaimana mau sembuh kalau tiap malam kripik pisang dan kripik lainnya menjadi teman ketika menyaksikan pertandingan Euro – akhirnya dengan alasan demi masa depan tenggorokkan, saya hampiri rumah sakit khusus THT tak jauh dari rumah. Namanya RS THT Prof. Nizar.
Tak butuh waktu lama untuk mengantri. Tak lama setelah mendaftar, nama saya diteriaki, “Tuan Roy Thaniago…”, lumayan disapa Tuan sesekali, ledek saya dalam hati. Dokternya perempuan berjilbab. Cukup muda. Dari wajahnya saya tafsir angka di bawah 40 untuk usianya. Orangnya ramah. Namanya singkat: Zuniar.
Setelah menanyakan apa masalahnya, saya didudukkan pada sebuah kursi periksa yang mirip kursi dokter gigi. “Oh…hanya radang”, seru si dokter. Setelah izin untuk mengolesi sariawan saya dengan sebuah obat, pemeriksaan selesai. Dituliskannya beberapa resep untuk menebus obat. Saya jadi tahu mengapa dia meminta ‘restu’ ketika ingin mengoleskan obat pada sariawan saya: perih parah baged gila itu obat!!!
Di loket pembayaran, saya cukup kaget ketika melihat biayanya: Rp. 155.ooo. Tertulis tanpa dosa dalam perincian: Adm. Rumah Sakit Rp 30.000 + Konsultasi Rp. 125.000. Mencoba memaklumi dalam hati, “yah..wajarlah biaya itu di jaman sekarang. Tinggal ngambil obat nih…”.
Setelah memberi salinan resep di loket pengambilan obat, tak lama saya dipanggil. Sang petugas berujar, – yang kemudian membuat ledakan sepi di dalam diri saya – “Jadi dua ratus delapan belas ribu dua ratus empat puluh”. ASTAGA! BUSET! ALAMAK! GAWAT! PARAH! MONYET! SIALAN! Dan seterusnya, dan seterusnya – bahaya kalau diteruskan umpatan itu.
Obat yang berisi 3 macam obat, yang tiap jenisnya berjumlah 10 biji itu, dihargai dua ratus ribu lebih! Ternyata biaya 155.oo tadi tidak beserta obat. Sepanjang jalan menuju parkiran motor sampai di rumah – bahkan sampai di kamar, sampai minum obat, sampai berak dan kencing, sampai tidur dan bangun lagi, sampai detik ini – saya terus berpikir tentang nominal tadi. Pantas saja orang miskin enggan berobat. Jumlah tadi terlalu besar. Bukan bagi mereka saja, tapi bagi saya sendiri. Honor mengajar dan menulis bisa ludes kalau sering begini.
Sangat amat disesalkan ketika sebuah lembaga publik yang harusnya melayani masyarakat, malah membebani. Motif komersilnya malah memeras dan menimbun jengkel pada masyarakat. Apakah sebenarnya tujuan rumah sakit, sekolah, pengadilan, dan lain-lain? Bukan melayani masyarakat? Bukankah mengobati orang sakit, mendidik orang bodoh, dan menegakkan kebenaran? Kalau tujuan seperti ini yang melandasi, tentunya motif komersil tidaklah diperlukan. Kalau memang mau mengeruk laba sebesar-besarnya, dirikanlah perusahaan bangsat, jadilah makelar, bangunlah rumah bordil, rayakanlah perjudian!
Ketika saya merengek pada nyokap soal biaya, dia malah melarang, dan berujar, “yah emang segitu!”. Berarti, orang miskin pun dilarang merengek, terlebih protes. Atau nanti ada yang menyahut, “Siapa suruh miskin!”.
Sementara itu, saya baru saja membaca di halaman depan KOMPAS edisi 27 Juni ketika menunggu pengambilan obat. Pada judul ‘Cendikiawan Berkomitmen’ yang ditulis ST Sularto itu, tertulis di sana, “Cendikiawan harus memihak kelas atau kelompok tertentu. Justru kalau kaum intelektual terbenam dalam menara gading dengan moralitasnya dan abai memberikan sumbangan untuk masyarakatnya, mereka adalah intelektual yang tak bermoral.”
Masihkah ada dokter (baca: cendikiawan) yang bermoral di negeri ini? Pasti ada! Walau sejumput…
Source :  http://roythaniago.wordpress.com/2008/06/30/orang-miskin-dilarang-sakit/

Orang Miskin Dilarang Sakit!

 

Orang Miskin Dilarang Sakit!

 

Bukan saja dilarang sakit, tapi juga dilarang merengek. Camkan!

 

SEMOGA provokasi kalimat di atas membawa Anda pada baris ini. Bukan mengada-ngada atau sekedar mencari sensasi bila kalimat di atas menggelitik atau bahkan menjengkelkan Anda. Pasalnya, inilah yang terjadi di negeri kita tersayang Indonesia. Ketika orang miskin bukan saja dilarang sekolah, dilarang pandai, dilarang sukses, tapi juga dilarang sakit � mungkin suatu saat dilarang kentut!
Kegusaran ini mampir di benak saya ketika berobat ke rumah sakit beberapa hari lalu. Minggu lalu, tenggorokan saya sakit sekali � setelah sebelumnya ada sariawan yang berbaring asik di bawah pangkal lidah � silahkan bayangkan menderitanya saya ketika menyeruput kuah soto tongkar pedas. Karena tak kunjung sembuh walau sudah diobati sendiri � bagaimana mau sembuh kalau tiap malam kripik pisang dan kripik lainnya menjadi teman ketika menyaksikan pertandingan Euro � akhirnya dengan alasan demi masa depan tenggorokkan, saya hampiri rumah sakit khusus THT tak jauh dari rumah. Namanya RS THT Prof. Nizar.
Tak butuh waktu lama untuk mengantri. Tak lama setelah mendaftar, nama saya diteriaki, �Tuan Roy Thaniago��, lumayan disapa Tuan sesekali, ledek saya dalam hati. Dokternya perempuan berjilbab. Cukup muda. Dari wajahnya saya tafsir angka di bawah 40 untuk usianya. Orangnya ramah. Namanya singkat: Zuniar.
Setelah menanyakan apa masalahnya, saya didudukkan pada sebuah kursi periksa yang mirip kursi dokter gigi. �Oh�hanya radang�, seru si dokter. Setelah izin untuk mengolesi sariawan saya dengan sebuah obat, pemeriksaan selesai. Dituliskannya beberapa resep untuk menebus obat. Saya jadi tahu mengapa dia meminta �restu� ketika ingin mengoleskan obat pada sariawan saya: perih parah baged gila itu obat!!!
Di loket pembayaran, saya cukup kaget ketika melihat biayanya: Rp. 155.ooo. Tertulis tanpa dosa dalam perincian: Adm. Rumah Sakit Rp 30.000 + Konsultasi Rp. 125.000. Mencoba memaklumi dalam hati, �yah..wajarlah biaya itu di jaman sekarang. Tinggal ngambil obat nih��.
Setelah memberi salinan resep di loket pengambilan obat, tak lama saya dipanggil. Sang petugas berujar, � yang kemudian membuat ledakan sepi di dalam diri saya � �Jadi dua ratus delapan belas ribu dua ratus empat puluh�. ASTAGA! BUSET! ALAMAK! GAWAT! PARAH! MONYET! SIALAN! Dan seterusnya, dan seterusnya � bahaya kalau diteruskan umpatan itu.
Obat yang berisi 3 macam obat, yang tiap jenisnya berjumlah 10 biji itu, dihargai dua ratus ribu lebih! Ternyata biaya 155.oo tadi tidak beserta obat. Sepanjang jalan menuju parkiran motor sampai di rumah � bahkan sampai di kamar, sampai minum obat, sampai berak dan kencing, sampai tidur dan bangun lagi, sampai detik ini � saya terus berpikir tentang nominal tadi. Pantas saja orang miskin enggan berobat. Jumlah tadi terlalu besar. Bukan bagi mereka saja, tapi bagi saya sendiri. Honor mengajar dan menulis bisa ludes kalau sering begini.
Sangat amat disesalkan ketika sebuah lembaga publik yang harusnya melayani masyarakat, malah membebani. Motif komersilnya malah memeras dan menimbun jengkel pada masyarakat. Apakah sebenarnya tujuan rumah sakit, sekolah, pengadilan, dan lain-lain? Bukan melayani masyarakat? Bukankah mengobati orang sakit, mendidik orang bodoh, dan menegakkan kebenaran? Kalau tujuan seperti ini yang melandasi, tentunya motif komersil tidaklah diperlukan. Kalau memang mau mengeruk laba sebesar-besarnya, dirikanlah perusahaan bangsat, jadilah makelar, bangunlah rumah bordil, rayakanlah perjudian!
Ketika saya merengek pada nyokap soal biaya, dia malah melarang, dan berujar, �yah emang segitu!�. Berarti, orang miskin pun dilarang merengek, terlebih protes. Atau nanti ada yang menyahut, �Siapa suruh miskin!�.
Sementara itu, saya baru saja membaca di halaman depan KOMPAS edisi 27 Juni ketika menunggu pengambilan obat. Pada judul �Cendikiawan Berkomitmen� yang ditulis ST Sularto itu, tertulis di sana, �Cendikiawan harus memihak kelas atau kelompok tertentu. Justru kalau kaum intelektual terbenam dalam menara gading dengan moralitasnya dan abai memberikan sumbangan untuk masyarakatnya, mereka adalah intelektual yang tak bermoral.�
Masihkah ada dokter (baca: cendikiawan) yang bermoral di negeri ini? Pasti ada! Walau sejumput�
Source :  http://roythaniago.wordpress.com/2008/06/30/orang-miskin-dilarang-sakit/

Tags