Latest News

Showing posts with label Santo-Santa. Show all posts
Showing posts with label Santo-Santa. Show all posts

Sunday, July 20, 2014

KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA



KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA
BACAAN: Mikha 6:1-4,6-8; Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23; Matius 12:38-42 


“… Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.” – Matius 12:38

Orang terus menuntut tanda (lihat Matius 12:38); sehingga pemazmur berkata: “Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku” (lihat Mazmur 50:16-17). Akibatnya, terang Allah memudar dalam keluarga, gereja, bekerja, dan masyarakat sehingga Tuhan menegur: “Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!” (lihat Mikha 6:2-3). “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu” (lihat Yeremia 31:3). Allah bahkan mengutus Putera-Nya menjadi silih dosa manusia (lihat Mikha 6:7). Agar kelak tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar segera menerima Sakramen Tobat untuk “menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” (lihat Kolose 2:14). Doronglah mereka taat pada firman Tuhan (lihat Yesaya 66:2); tak ubahnya seorang prajurit (lihat 2Timotius 2:4). Sebab, “orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal” (lihat 1Korintus 9:25). Rasul Paulus mengajarkan: “Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak” (lihat 1Korintus 9:27). “Janganlah anggap enteng teguran Tuhan” (lihat Ibrani 12:5). Tegaskan, kita tidak “sederajat” dengan Allah (lihat Mazmur 50:21).

Bacaan pertama hari ini ingin mengingatkan bahwa kebebasan atau kemerdekaan hanya dapat diraih bila melakukan tiga hal, yaitu: bertindak adil, penuh belas kasihan, dan hidup rendah hati di hadapan Allah; yang disampaikan Mikha: “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (lihat Mikha 6:8). Meski Tuhan sudah menuntun bangsa Israel “keluar dari tanah Mesir” dan “telah membebaskan dari rumah perbudakan” (lihat Mikha 6:4); mereka berani berkata: “Berikan kami kenikmatan, siapa yang peduli dengan kemerdekaan.” Orang ditekan tubuh fana karena tidak mau menderita dan dihantui takut akan kematian sehingga lebih memilih tetap menjadi budak di Mesir ketimbang menjalani kemerdekaan dengan harus berkelana di gurun pasir (lihat Keluaran 14:12). Mereka bersedia terenggut kemerdekaannya hanya oleh sayuran dan bumbu dapur, seperti: ketimun, melon, bawang bombay, bawang merah, dan bawang putih (lihat Bilangan 11:5). Esau melakukan hal yang sama, dia menjual hak kesulungannya dengan sekeping roti dan semangkuk sup kacang merah (lihat Kejadian 25:34). Sampai hari ini, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang berperilaku seperti orang Israel yang tak kenal henti menuntut tanda (lihat Matius 12:38); meski mereka sebenarnya “jahat dan tidak setia” kepada Allah karena hanya mengikuti keinginan dan hawa nafsu tubuh fana (lihat Matius 12:39); dan tidak perduli akan hari penghakiman (lihat Matius 12:41-42).

Bani Israel tidak bersyukur atas tanda dari Allah (lihat Matius 12:38); yang telah membuat mukjizat, dan pembebasan dari wabah air menjadi darah, kodok, nyamuk, lalat, sampar, bisul, hujan es, serbuan belalang, gelap gulita , dan kematian anak sulung. Mereka malah mengikuti pikiran ketakutan dari tubuh fana bahwa hanya akan menjadi korban pembantaian pasukan Mesir dan mati di padang pasir (lihat Keluaran 14:11). Ketika putus asa melihat bangsanya memilih diperbudak kembali oleh orang mesir, berdoa dan Allah menjawab: “Mengapa engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada bangsa Israel supaya mereka berjalan terus” (lihat Keluaran 14:15). Rasul Paulus mengingatkan bahwa kebebasan dari Allah bukan untuk memenuhi keinginan daging, “tetapi kebebasan yang membuat kamu saling melayani dalam kasih” (lihat Galatia 5:13). Untuk mencegah agar tidak kembali jatuh ke dalam perbudakan tubuh fana, orang harus mengikuti hati nurani di mana Roh Allah bersemayam (lihat Roma 5:5); yang mengajarkan agar: mengasihi, memaafkan, dan mendoakan musuh, mendoakan pasangan hidup dan keluarga, menjadi saksi Yesus di manapun berada, berdoa, membaca, dan merenungkan firman Tuhan, mengubah gaya hidup seturut perintah Allah, rajin menyatukan diri dengan tubuh Kristus lewat Misa harian, melayani sesama, menjalani perpuluhan dan sedekah, berdoa puasa, dan terus memikul salib sambil mengikuti Yesus agar Dia tidak perlu bertanya: “Hai umat-Ku, apakah yang telah Ku-lakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!” (lihat Mikha 6:3).

Allah berjanji: “Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau” (lihat Mazmur 50:15); dan “siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Ku-perlihatkan kepadanya” (lihat Mazmur 50:23). Tuhan membuktikan waktu bangsa Israel dimerdekakan dari kejaran balatentara Firaun. Musa menenangkan bangsanya dengan berkata: “Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja” (lihat Keluaran 14:14). Musa menerima janji itu sebelum Allah menyelamatkan orang Israel sehingga mereka bisa menyeberangi Laut Merah dan pasukan Mesir binasa oleh tamparan dan renggutan dinding air yang menyatu kembali. Inilah simbol Pembaptisan. Bila orang melangkah seturut janji baptis, mereka cukup berdiam diri karena akan melihat kemenangan yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, orang tidak akan pernah melihat kemenangan yang diberikan Allah bila mengikuti keinginan tubuh fananya. Oleh Pembaptisan dan pembaruan janji baptis, diri ini berada dalam Kristus sebagai manusia baru (lihat Kolose 3:10); anak-anak Allah (lihat Roma 8:15; Galatia 4:6; 2Timotius 1:7); yang ditebus oleh darah Yesus sehingga menjadi bait Roh Kudus dan anggota Gereja-Nya: tubuh Kristus (lihat 1Korintus 6:19-20). Ahli Taurat dan orang Farisi sama seperti nenek moyang mereka, yang meski begitu banyak mukjizat, tanda, dan pembebasan sudah diberikan Tuhan, mereka terus mendesak Tuhan agar membuat lebih banyak lagi mukjizat, tanda, dan pembebasan karena tak bisa mengucap syukur sehingga selalu merasa kurang dan tak pernah merasa puas (lihat Matius 12:38).

Oleh tubuh fana, orang berjuang mengejar kehidupan, kemerdekaan, dan kesenangan menurut ajaran dunia. Seperti bangsa Israel, mereka memilih kenikmatan dan pelampiasan hawa nafsu ketimbang kemerdekaan. Orang begitu gegabah menukar kemerdekaan di dalam Yesus dengan kenikmatan sesaat, seperti: dosa seksual, korupsi, manipulasi, tidak mau memaafkan, memperbudak sesama termasuk keluarga, dan lainnya. Ingatkan mereka agar berhenti berlari dalam kesia-siaan sebab: “Putera Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya yang akan mengumpulkan semua orang yang menyesatkan dan yang melakukan kejahatan. Semua orang ini akan dibuang ke dalam tanur api yang bernyala-nyala di mana akan ada tangis dan kertak gigi” (lihat Matius 13:41-42). Dalam Injil hari ini (lihat Matius 12:39-40), Yesus memberitahu tentang salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Karenanya, pakailah ‘Tanda Salib’ seperti lampu pengatur lalu lintas di mana orang berhenti bila lampu merah menyala dan bergerak ketika berganti lampu hijau. Ketika melihat patung Yesus yang tersalib dan yang berhubungan dengan-Nya, diri ini sebaiknya bereaksi yang sama, yaitu: segera berhenti, doa singkat, dan menatap-Nya agar pandangan selalu tertuju kepada Yesus (lihat Ibrani 12:2). Kita menatap penuh hening di hadapan Allah yang menjelma menjadi manusia, Hamba Penderitaan, yang sedang tergantung sekarat dipenuhi dengan bilur-bilur yang mengeluarkan darah (lihat Yesaya 52:14-15). Di dalam keheningan itu, orang mungkin akan mendengar Yesus berkata: “Diamlah dan ketahuilah bahwa Aku-lah Allah!” (lihat Mazmur 46:11).

Tuhan bersabda: “Kamu akan menjadi murid-murid-Ku jika kamu tetap berpegang pada perkataan-Ku” (lihat Yohanes 8:31). Kita bukan mencari tanda (lihat Matius 12:38); tetapi mencari sabda-Nya agar bisa hidup taat sebagai ucapan syukur atas kerahiman-Nya (lihat Yohanes 14:15-23). Hanya Yesus Kebenaran (lihat Yohanes 8:32); yang bisa membebaskan dari belenggu dosa (lihat Yohanes 8:36). Yesus datang ke dunia untuk memberi kemerdekaan kepada orang-orang yang berharap kepada-Nya (lihat Lukas 4:18); yaitu: “dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah” (lihat Roma 8:21). “Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan” (lihat 2Korintus 3:17). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar: “Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah” (lihat 1Petrus 2:16); supaya tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42); karena upah dosa adalah kematian (lihat Roma 5:23). Anjurkan agar tidak membiarkan mata dibuat liar oleh tubuh fana (lihat Ayub 31:1); menjaga lidah hanya untuk memuliakan Tuhan (lihat Yakobus 3:5-6); dan tidak mengikuti keinginan perut dan hal-hal duniawi (lihat Filipi 3:9); tak henti memohon buah-buah Roh Kudus, termasuk roh takut akan Allah (lihat Yesaya 66:2); agar bisa menguasai diri (lihat 1Korintus 9:27); menyenangkan-Nya (lihat 2Timotius 2:4); sehingga layak menerima hidup kekal (lihat 1Korintus 9:25). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, mampukanlah hamba agar selalu menjunjung tinggi kemerdekaan yang telah diberikan Putera-Mu, Juruselamat hamba, Yesus Kristus. Sertai, bimbing, dan lindungilah hamba dengan Roh-Mu yang kudus sehingga teguh dalam iman dan dapat melayani. Kasihanilah hamba ya Bapa, ampunilah hamba ya Yesus Kristus, tolonglah hamba ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “’Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!’ Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. ‘Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu.’ Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: ‘Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.’” -- Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23


Renungan Hari Ini, Senin, 21 Juli 2014


PESTA PARA KUDUS: Santo Arbogastus dari Strasbourg, Uskup; Santo Klaudius, Santa Yulia, Santo Yustus dan Santo Yukundinus dari Troyes, Martir; Santo Konstantinus dari Monte Cassino, Kepala Biara; Santo Laurentius dari Brindisi (Julius Caesar Rossi), Doktor Gereja; Beato Oddino Barrotti, Pengaku Iman; Santa Praxides (Praxedes) dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Victor dan kawan-kawan dari Marseilles, Martir; Santa Wastrada dari Utrecht, Janda, Pengaku Iman; Santo Yohanes dari Moyenmoutier, Pertapa; Santo Yohanes dari Edessa, Pertapa; Santo Zoticus dari Comana, Uskup, Martir.


Source : Renungan Hari Ini



KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA



KITA TIDAK MENCARI TANDA, TETAPI SABDA-NYA
BACAAN: Mikha 6:1-4,6-8; Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23; Matius 12:38-42 


�� Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari pada-Mu.� � Matius 12:38

Orang terus menuntut tanda (lihat Matius 12:38); sehingga pemazmur berkata: �Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku� (lihat Mazmur 50:16-17). Akibatnya, terang Allah memudar dalam keluarga, gereja, bekerja, dan masyarakat sehingga Tuhan menegur: �Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!� (lihat Mikha 6:2-3). �Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu� (lihat Yeremia 31:3). Allah bahkan mengutus Putera-Nya menjadi silih dosa manusia (lihat Mikha 6:7). Agar kelak tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar segera menerima Sakramen Tobat untuk �menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib� (lihat Kolose 2:14). Doronglah mereka taat pada firman Tuhan (lihat Yesaya 66:2); tak ubahnya seorang prajurit (lihat 2Timotius 2:4). Sebab, �orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal� (lihat 1Korintus 9:25). Rasul Paulus mengajarkan: �Aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak� (lihat 1Korintus 9:27). �Janganlah anggap enteng teguran Tuhan� (lihat Ibrani 12:5). Tegaskan, kita tidak �sederajat� dengan Allah (lihat Mazmur 50:21).

Bacaan pertama hari ini ingin mengingatkan bahwa kebebasan atau kemerdekaan hanya dapat diraih bila melakukan tiga hal, yaitu: bertindak adil, penuh belas kasihan, dan hidup rendah hati di hadapan Allah; yang disampaikan Mikha: �Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?� (lihat Mikha 6:8). Meski Tuhan sudah menuntun bangsa Israel �keluar dari tanah Mesir� dan �telah membebaskan dari rumah perbudakan� (lihat Mikha 6:4); mereka berani berkata: �Berikan kami kenikmatan, siapa yang peduli dengan kemerdekaan.� Orang ditekan tubuh fana karena tidak mau menderita dan dihantui takut akan kematian sehingga lebih memilih tetap menjadi budak di Mesir ketimbang menjalani kemerdekaan dengan harus berkelana di gurun pasir (lihat Keluaran 14:12). Mereka bersedia terenggut kemerdekaannya hanya oleh sayuran dan bumbu dapur, seperti: ketimun, melon, bawang bombay, bawang merah, dan bawang putih (lihat Bilangan 11:5). Esau melakukan hal yang sama, dia menjual hak kesulungannya dengan sekeping roti dan semangkuk sup kacang merah (lihat Kejadian 25:34). Sampai hari ini, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang berperilaku seperti orang Israel yang tak kenal henti menuntut tanda (lihat Matius 12:38); meski mereka sebenarnya �jahat dan tidak setia� kepada Allah karena hanya mengikuti keinginan dan hawa nafsu tubuh fana (lihat Matius 12:39); dan tidak perduli akan hari penghakiman (lihat Matius 12:41-42).

Bani Israel tidak bersyukur atas tanda dari Allah (lihat Matius 12:38); yang telah membuat mukjizat, dan pembebasan dari wabah air menjadi darah, kodok, nyamuk, lalat, sampar, bisul, hujan es, serbuan belalang, gelap gulita , dan kematian anak sulung. Mereka malah mengikuti pikiran ketakutan dari tubuh fana bahwa hanya akan menjadi korban pembantaian pasukan Mesir dan mati di padang pasir (lihat Keluaran 14:11). Ketika putus asa melihat bangsanya memilih diperbudak kembali oleh orang mesir, berdoa dan Allah menjawab: �Mengapa engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada bangsa Israel supaya mereka berjalan terus� (lihat Keluaran 14:15). Rasul Paulus mengingatkan bahwa kebebasan dari Allah bukan untuk memenuhi keinginan daging, �tetapi kebebasan yang membuat kamu saling melayani dalam kasih� (lihat Galatia 5:13). Untuk mencegah agar tidak kembali jatuh ke dalam perbudakan tubuh fana, orang harus mengikuti hati nurani di mana Roh Allah bersemayam (lihat Roma 5:5); yang mengajarkan agar: mengasihi, memaafkan, dan mendoakan musuh, mendoakan pasangan hidup dan keluarga, menjadi saksi Yesus di manapun berada, berdoa, membaca, dan merenungkan firman Tuhan, mengubah gaya hidup seturut perintah Allah, rajin menyatukan diri dengan tubuh Kristus lewat Misa harian, melayani sesama, menjalani perpuluhan dan sedekah, berdoa puasa, dan terus memikul salib sambil mengikuti Yesus agar Dia tidak perlu bertanya: �Hai umat-Ku, apakah yang telah Ku-lakukan kepadamu? Dengan cara apa Aku telah membebani kamu? Jawablah Aku!� (lihat Mikha 6:3).

Allah berjanji: �Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau� (lihat Mazmur 50:15); dan �siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Ku-perlihatkan kepadanya� (lihat Mazmur 50:23). Tuhan membuktikan waktu bangsa Israel dimerdekakan dari kejaran balatentara Firaun. Musa menenangkan bangsanya dengan berkata: �Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja� (lihat Keluaran 14:14). Musa menerima janji itu sebelum Allah menyelamatkan orang Israel sehingga mereka bisa menyeberangi Laut Merah dan pasukan Mesir binasa oleh tamparan dan renggutan dinding air yang menyatu kembali. Inilah simbol Pembaptisan. Bila orang melangkah seturut janji baptis, mereka cukup berdiam diri karena akan melihat kemenangan yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, orang tidak akan pernah melihat kemenangan yang diberikan Allah bila mengikuti keinginan tubuh fananya. Oleh Pembaptisan dan pembaruan janji baptis, diri ini berada dalam Kristus sebagai manusia baru (lihat Kolose 3:10); anak-anak Allah (lihat Roma 8:15; Galatia 4:6; 2Timotius 1:7); yang ditebus oleh darah Yesus sehingga menjadi bait Roh Kudus dan anggota Gereja-Nya: tubuh Kristus (lihat 1Korintus 6:19-20). Ahli Taurat dan orang Farisi sama seperti nenek moyang mereka, yang meski begitu banyak mukjizat, tanda, dan pembebasan sudah diberikan Tuhan, mereka terus mendesak Tuhan agar membuat lebih banyak lagi mukjizat, tanda, dan pembebasan karena tak bisa mengucap syukur sehingga selalu merasa kurang dan tak pernah merasa puas (lihat Matius 12:38).

Oleh tubuh fana, orang berjuang mengejar kehidupan, kemerdekaan, dan kesenangan menurut ajaran dunia. Seperti bangsa Israel, mereka memilih kenikmatan dan pelampiasan hawa nafsu ketimbang kemerdekaan. Orang begitu gegabah menukar kemerdekaan di dalam Yesus dengan kenikmatan sesaat, seperti: dosa seksual, korupsi, manipulasi, tidak mau memaafkan, memperbudak sesama termasuk keluarga, dan lainnya. Ingatkan mereka agar berhenti berlari dalam kesia-siaan sebab: �Putera Manusia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya yang akan mengumpulkan semua orang yang menyesatkan dan yang melakukan kejahatan. Semua orang ini akan dibuang ke dalam tanur api yang bernyala-nyala di mana akan ada tangis dan kertak gigi� (lihat Matius 13:41-42). Dalam Injil hari ini (lihat Matius 12:39-40), Yesus memberitahu tentang salib, kematian, dan kebangkitan-Nya. Karenanya, pakailah �Tanda Salib� seperti lampu pengatur lalu lintas di mana orang berhenti bila lampu merah menyala dan bergerak ketika berganti lampu hijau. Ketika melihat patung Yesus yang tersalib dan yang berhubungan dengan-Nya, diri ini sebaiknya bereaksi yang sama, yaitu: segera berhenti, doa singkat, dan menatap-Nya agar pandangan selalu tertuju kepada Yesus (lihat Ibrani 12:2). Kita menatap penuh hening di hadapan Allah yang menjelma menjadi manusia, Hamba Penderitaan, yang sedang tergantung sekarat dipenuhi dengan bilur-bilur yang mengeluarkan darah (lihat Yesaya 52:14-15). Di dalam keheningan itu, orang mungkin akan mendengar Yesus berkata: �Diamlah dan ketahuilah bahwa Aku-lah Allah!� (lihat Mazmur 46:11).

Tuhan bersabda: �Kamu akan menjadi murid-murid-Ku jika kamu tetap berpegang pada perkataan-Ku� (lihat Yohanes 8:31). Kita bukan mencari tanda (lihat Matius 12:38); tetapi mencari sabda-Nya agar bisa hidup taat sebagai ucapan syukur atas kerahiman-Nya (lihat Yohanes 14:15-23). Hanya Yesus Kebenaran (lihat Yohanes 8:32); yang bisa membebaskan dari belenggu dosa (lihat Yohanes 8:36). Yesus datang ke dunia untuk memberi kemerdekaan kepada orang-orang yang berharap kepada-Nya (lihat Lukas 4:18); yaitu: �dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah� (lihat Roma 8:21). �Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan� (lihat 2Korintus 3:17). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar: �Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah� (lihat 1Petrus 2:16); supaya tidak menerima penghakiman (lihat Matius 12:41-42); karena upah dosa adalah kematian (lihat Roma 5:23). Anjurkan agar tidak membiarkan mata dibuat liar oleh tubuh fana (lihat Ayub 31:1); menjaga lidah hanya untuk memuliakan Tuhan (lihat Yakobus 3:5-6); dan tidak mengikuti keinginan perut dan hal-hal duniawi (lihat Filipi 3:9); tak henti memohon buah-buah Roh Kudus, termasuk roh takut akan Allah (lihat Yesaya 66:2); agar bisa menguasai diri (lihat 1Korintus 9:27); menyenangkan-Nya (lihat 2Timotius 2:4); sehingga layak menerima hidup kekal (lihat 1Korintus 9:25). Terpujilah Kristus!

Doa: �Ya Bapa di surga, mampukanlah hamba agar selalu menjunjung tinggi kemerdekaan yang telah diberikan Putera-Mu, Juruselamat hamba, Yesus Kristus. Sertai, bimbing, dan lindungilah hamba dengan Roh-Mu yang kudus sehingga teguh dalam iman dan dapat melayani. Kasihanilah hamba ya Bapa, ampunilah hamba ya Yesus Kristus, tolonglah hamba ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.�

Janji: ��Bawalah kemari orang-orang yang Kukasihi, yang mengikat perjanjian dengan Aku berdasarkan korban sembelihan!� Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. �Bukan karena korban sembelihanmu Aku menghukum engkau; bukankah korban bakaranmu tetap ada di hadapan-Ku? Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu.� Tetapi kepada orang fasik Allah berfirman: �Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku, dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran, dan mengesampingkan firman-Ku? Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri; engkau menyangka, bahwa Aku ini sederajat dengan engkau. Aku akan menghukum engkau dan membawa perkara ini ke hadapanmu. Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.�� -- Mazmur 50:5-6,8-9,16-17,21,23


Renungan Hari Ini, Senin, 21 Juli 2014


PESTA PARA KUDUS: Santo Arbogastus dari Strasbourg, Uskup; Santo Klaudius, Santa Yulia, Santo Yustus dan Santo Yukundinus dari Troyes, Martir; Santo Konstantinus dari Monte Cassino, Kepala Biara; Santo Laurentius dari Brindisi (Julius Caesar Rossi), Doktor Gereja; Beato Oddino Barrotti, Pengaku Iman; Santa Praxides (Praxedes) dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Victor dan kawan-kawan dari Marseilles, Martir; Santa Wastrada dari Utrecht, Janda, Pengaku Iman; Santo Yohanes dari Moyenmoutier, Pertapa; Santo Yohanes dari Edessa, Pertapa; Santo Zoticus dari Comana, Uskup, Martir.


Source : Renungan Hari Ini



Thursday, July 17, 2014

ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA






ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA

BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” – Matius 11:28

Bacaan Injil hari ini dapat kita rangkum dalam empat kata: “Datang, tinggal, istirahat, dan percayalah” (lihat Matius 11:28-30). Karena bukan milik dunia, diri ini harus ‘datang’ kepada Yesus (lihat Yohanes 15:19). Itulah sebabnya, orang “mencari Tuhan” (lihat Mazmur 105:3); agar hidup dan menemukan kebahagiaan. Pencarian itu menuntut seluruh usaha berpikir dan penyesuaian kehendak yang tepat, hati yang tulus, dan juga kesaksian orang. Setelah itu, kita harus ‘tinggal’ di dalam Yesus dengan rajin menyantap tubuh-Nya (lihat Yohanes 6:56); agar berbuah (lihat Yohanes 15:4); tidak binasa (lihat Lukas 13:3); menjadi pelaku firman-Nya, kebenaran yang memberi kemerdekaan (lihat Yohanes 8:31-32). Karena tinggal dalam Yesus, orang dapat ‘istirahat’ dalam damai-Nya, yang dikatakan Santo Augustinus dari Hippo: “Hati kami tetap tidak tenang sampai ia menemukan ketenteraman di dalam Engkau,”; sebab hanya Yesus yang bisa memberi “ketenangan” (lihat Matius 11:29). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar “berusaha masuk ke dalam istirahat ini dan tidak mengambil bagian dalam nasib sial seperti mereka yang mendurhaka” (lihat Ibrani 4:11). Jangan biarkan dunia merampok ‘istirahat; mereka di dalam Yesus (lihat Matius 13:22). Terakhir, ‘percaya’ yang berarti menyadari. Setelah ‘datang’, ‘tinggal’, dan ‘istirahat’, mereka harus terus berjuang menyangkal diri, memikul Salib setiap hari, dan mengikuti Yesus dengan menjadi saksi hidup-Nya sehingga mereka bisa ikut menyelamatkan keluarga dan saudara seiman yang lain “dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran” (lihat 1Timotius 2:4); karena Yesus tak pernah berhenti “melegakan” diri kita semua (lihat Matius 11:28).

Tetapi, orang berperilaku seperti yang dinubuatkan Yesaya di mana mereka mengikuti keinginan tubuh fana untuk menyelamatkan diri sendiri yang berbuah penderitaan, sama seperti “seorang perempuan yang hendak melahirkan”, yaitu: “merintih dan menggeliat kesakitan” (lihat Yesaya 26:17). Tatkala air ketuban pecah, rahim menjadi lebih sering kontraksi bersama semakin meningkatkan rasa sakit sehingga menghadirkan rintihan, airmata, dan tak jarang diikuti oleh teriak kesakitan. Mereka “mengandung”, “menderita sakit bersalin”, tetapi hanya “melahirkan angin” yang “tidak membawa keselamatan” bagi dirinya (lihat Yesaya 26:18). “Sebab tak seorang pun dapat menebus dirinya sendiri atau membayar tebusan kepada Allah untuk kehidupannya” (lihat Mazmur 49:8). Yesaya juga menubuatkan: “Semua amal baik” menjadi “seperti pakaian kotor” sehingga mereka “menjadi layu seperti daun-daun, hilang diterbangkan oleh kejahatan-kejahatan” yang telah dilakukan sehingga tidak berbuah (lihat Yesaya 64:5). Yesus mengingatkan: “Selama kamu tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, maka kamu akan berbuah banyak; tetapi terpisah dari pada-Ku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (lihat Yohanes 15:5); dan mengundang seluruh anak-anak Allah dengan bersabda: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (lihat Matius 11:28-30).

Hukum Perjanjian Lama diibaratkan sebuah kuk (lihat Sirakh 6:25). Tetapi, kuk – yang terdiri dari 612 perintah itu – menjadi beban yang sangat berat. Umat pilihan Allah harus taat bila tidak ingin terhukum, bahkan dengan hukuman mati. “Sebab barang siapa memelihara seluruh hukum, tetapi melanggarnya dalam dalam salah satu segi, dianggap bersalah karena melanggar seluruh hukum” (lihat Yakobus 2:10). “Terkutuklah dia yang tidak menegakkan perkataan Taurat ini dengan melaksanakannya!” (lihat Ulangan 27:26). “Orang yang benar akan hidup karena kesetiaannya” (lihat Habakuk 2:4), “oleh iman, orang benar akan hidup” (lihat Galatia 3:11). Bersyukurlah, karena “Kristus telah meluputkan kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan Ia sendiri menjadi kutuk demi kita” (lihat Galatia 3:13). Yesus sendiri sudah mengingatkan agar diri ini datang kepada-Nya bersama beban kutukan yang berat itu agar Dia “memberi kelegaan” (lihat Matius 11:28). Sebagai Allah, Yesus memberi kita kuk yang lain agar kita “mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan” (lihat Matius 11:29-30). Yesus bukan untuk menghapus hukum Taurat, tetapi menggenapinya (lihat Matius 5:17); dengan ukuran yang lebih tinggi dari hukum lama pada hubungan antar sesama, moralitas seksual, pernikahan, berbicara, keadilan, dan kasih (lihat Matius 5:20-47). Yesus memberi ratusan perintah tambahan dari 612 perintah lama sehingga terasa semakin mustahil. Tetapi, dengan tegas Dia berkata: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (lihat Markus 9:23).

Salah satu perintah-Nya yang sangat mustahil adalah: “Kamu harus berlaku benar dan sempurna seperti Bapa-mu di sorga pun benar dan sempurna” (lihat Matius 5:48).Tubuh fana akan mendatangkan rasa takut dengan menghadirkan pikiran: “Bagaimana mungkin kuk Yesus yang sangat berat itu menjadi mudah dan ringan?” Ya, bila orang memaksakan kehendak dan kekuatan sendiri (lihat Yesaya 26:12). Yesus tahu keterbatasan diri ini dan tidak menyuruh mematuhi perintah dan membawa kuk-Nya dengan cara atau kemauan kita, tetapi mempercayakan sepenuhnya pada kasih karunia-Nya agar yang mustahil itu terlaksana (lihat Lukas 1:37). Selain, kesediaan memikul kuk sebenarnya datang dari karunia-Nya, bukan hasil kerja diri ini (lihat Efesus 2:9); yang telah dijanjikan Yesus: “Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (lihat Matius 11:28). Jadi, tatkala kasih Allah mendatangkan niat untuk memikul kuk-Nya, tugas kita percaya pada belas kasihan-Nya (lihat Yesaya 26:8); sambil berseru: “Allah Tuhan-ku adalah kekuatanku: Ia membuat kakiku ringan seperti rusa dan meneguhkan langkahku di tempat yang tinggi” (lihat Habakuk 3:17-18). Ajaklah keluarga dan saudara seiman datang kepada Yesus tanpa motif apa pun, tanpa syarat, dan tidak ada agenda lain kecuali hanya untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi sambil mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (lihat Lukas 10:27); yang ditegaskan Rasul Petrus: “Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia” (lihat Kisah Para Rasul 4:12).

Kita semua mungkin sama seperti Musa, yang pada saat ini sedang menyelidiki dan ingin tahu lebih baik tentang Allah. Begitu bertanya: “Siapakah Engkau, ya Allah?”, jawaban yang akan kita terima: “Aku adalah Aku” (lihat Keluaran 3:14). Allah adalah: “Gunung Batu yang kekal” (lihat Yesaya 26:4); “Kudus” (lihat Imamat 19:2); “Sempurna” (lihat Ayub 11:7); “Yang Mahatinggi” (lihat Ayub 37:23); “Kehidupan” (lihat Ulangan 30:19); dan “Keselamatan” (Kisah Para Rasul 4:12). Jadi, tidaklah mengherankan kalau ‘Siapakah Engkau, ya Allah’ dapat berbuat apa saja bagi diri ini, yang adalah utusan-Nya. Pandanglah Yesus yang tersalib dan sampaikan hal-hal yang ingin diketahui. Oleh belas kasihan-Nya, Yesus akan membawa anak-anak Allah ke Kalvari untuk menyerahkan salib bagi kita. Ketika berjalan bersama-Nya, Yesus akan mendampingi agar kebenaran-Nya terpelihara (lihat 1Timotius 5:18; 1Korintus 9:7-10). Meski penuh tantangan dan cobaan, diri ini “sungguh-sungguh bebas” (lihat Yohanes 8:36). Allah tidak akan memberi anugerah salib yang melebihi kemampuan kita (lihat Matius 11:30). Pikullah kuk yang dipercayakan-Nya (lihat Yeremia 27:12); dan jadikan Yesus sebagai Pemimpin. Sebab, semua pengikut-Nya ditakdirkan seperti Simon dari Kirene, yang berani menjalani penderitaan penebusan dengan memikul salib “sambil mengikuti Yesus” (lihat Lukas 23:26). Oleh karunia Roh Kudus, kita dikuatkan dan diberi “kelegaan” untuk sampai ke tempat perhentian (lihat Ibrani 4:11). Berserulah: “Ya Yesus, ajarkanlah terus agar saya semakin lemah lembut dan rendah hati seperti Engkau” (lihat Matius 11:29).

Setelah ratusan tahun mengutus Abraham menjadi Bapa bangsa Israel, Allah memperkenalkan diri kepada Yosua, orang pilihan-Nya. Setelah seribu tahun lebih, Yesus, Putera Allah, memberitahu tentang cara menyapa Allah. Kita tak lagi hanya tahu Allah sebagai: “Aku adalah Aku”, tetapi diajarkan menyapa Allah sebagai “Bapa” (lihat Lukas 11:2; Matius 6:9). Artinya, Allah telah bersedia mengangkat diri ini menjadi anak-anak-Nya. Kita menjadi orang pilihan yang sungguh dikasihi. Diri ini menjadi bagian dari bangsa yang terpilih, yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (lihat 1Petrus 2:9). Bersama dan di dalam Kristus, kita menjadi ahli waris karena berhak menerima janji-janji Allah (lihat Roma 8:17). Diri ini tak akan pernah tahu, meski mencoba merancangnya sekalipun tentang rencana Yesus terhadap kita. Sebab, Dia adalah Allah (lihat Yohanes 1:1). Yang jelas, ketika semakin mengenal Allah lebih baik, diri ini berhadapan dengan pemberontakan yang dilakukan tubuh fana. Sebab, yang selama ini dihalalkan tiba-tiba dihentikan. Gejolak batin terasa begitu pahit, getir, membuat frustrasi, dan mungkin setiap hari orang terus-menerus marah kepada Yesus. Tetapi, bila rajin menghadiri Misa, termasuk Misa harian, mereka akan menerima “kelegaan” yang datangnya dari Allah (lihat Matius 11:28); karena lebih sering memandang dan menyatukan diri dengan Yesus sehingga kita dengan penuh sukacita menanggapi sabda-Nya -- “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu” (lihat Yohanes 20:21) – dengan berseru: “Ini aku, utuslah aku!” (lihat Yesaya 6:8). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, hamba berjanji untuk bermegah pada Salib yang telah dianugerahkan oleh Putera-Mu, Tuhan hamba, Yesus Kristus. Hamba yakin dan penuh percaya diri ini akan dimampukan dalam memikulnya. Dikuduskanlah Engkau ya Bapa, terpujilah Engkau ya Yesus kristus, dimuliakanlah Engkau ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “Tetapi Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun. Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila Tuhan sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari sorga ke bumi, ntuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh.” – Mazmur 102:13-21

Renungan Hari Ini, Kamis, 17 Juli 2014
BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

PESTA PARA KUDUS: :Santo Acyllinus (Aquilinus), Santo Cythinus, Santo Donata, Santo Feliks, Santo Generosa, Santo Januaria, Santo Laetantius, Santo Nartzalus, Santo Secunda, Santo Speratur, Santo Vestina, santo Veturius, Martir Scillium; Santo Alexius (Alexis) dari Roma, Pelindung Pengemis; Beata Anne Petras, Beata Madeleine Brideau, Beata Marie-Geneviève Meunier, Beata Rose Chrétien, Martir Karmelit dari Compiegne; Beato Ceslas (Ceslaus) Odrowaz dari Polandia, Pengaku Iman; Santo Klemens dari Ohrid (Okbrida), Uskup; Santo Cynllo dari Wales, Pengaku Iman; Santo Fredegand Kerkelodor, Kepala Biara; Santo Generosus dari Tivoli, Martir; Santo Gorazd, Rasul Bulgaria; Santo Hugh Muda dari Lincolnshire, Martir; Santo Hyacinthus dari Paphlagonia, Martir; Santo Kenelm (Cynehelm) dari Kenelstowe, Martir; Santo Leo IV, Paus Ke-103; Santo Magnus Feliks Ennodius dari Pavia, Uskup; Santa Marcellina dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Nerses Lambronazi dari Tarsus, Uskup; Beato Pavel Peter Gojdic dari Yunani, Uskup; 12 Martir Sicilia; Beata Tarsykia Matskiv, Martir Ukraina; Santo Theodosius dari Auxerre, Uskup; Santo Turninus dari Antwerp, Pengaku Iman.

ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA






ALLAH PUNYA RENCANA INDAH BAGI KITA

BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

�Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.� � Matius 11:28

Bacaan Injil hari ini dapat kita rangkum dalam empat kata: �Datang, tinggal, istirahat, dan percayalah� (lihat Matius 11:28-30). Karena bukan milik dunia, diri ini harus �datang� kepada Yesus (lihat Yohanes 15:19). Itulah sebabnya, orang �mencari Tuhan� (lihat Mazmur 105:3); agar hidup dan menemukan kebahagiaan. Pencarian itu menuntut seluruh usaha berpikir dan penyesuaian kehendak yang tepat, hati yang tulus, dan juga kesaksian orang. Setelah itu, kita harus �tinggal� di dalam Yesus dengan rajin menyantap tubuh-Nya (lihat Yohanes 6:56); agar berbuah (lihat Yohanes 15:4); tidak binasa (lihat Lukas 13:3); menjadi pelaku firman-Nya, kebenaran yang memberi kemerdekaan (lihat Yohanes 8:31-32). Karena tinggal dalam Yesus, orang dapat �istirahat� dalam damai-Nya, yang dikatakan Santo Augustinus dari Hippo: �Hati kami tetap tidak tenang sampai ia menemukan ketenteraman di dalam Engkau,�; sebab hanya Yesus yang bisa memberi �ketenangan� (lihat Matius 11:29). Ingatkan keluarga dan saudara seiman agar �berusaha masuk ke dalam istirahat ini dan tidak mengambil bagian dalam nasib sial seperti mereka yang mendurhaka� (lihat Ibrani 4:11). Jangan biarkan dunia merampok �istirahat; mereka di dalam Yesus (lihat Matius 13:22). Terakhir, �percaya� yang berarti menyadari. Setelah �datang�, �tinggal�, dan �istirahat�, mereka harus terus berjuang menyangkal diri, memikul Salib setiap hari, dan mengikuti Yesus dengan menjadi saksi hidup-Nya sehingga mereka bisa ikut menyelamatkan keluarga dan saudara seiman yang lain �dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran� (lihat 1Timotius 2:4); karena Yesus tak pernah berhenti �melegakan� diri kita semua (lihat Matius 11:28).

Tetapi, orang berperilaku seperti yang dinubuatkan Yesaya di mana mereka mengikuti keinginan tubuh fana untuk menyelamatkan diri sendiri yang berbuah penderitaan, sama seperti �seorang perempuan yang hendak melahirkan�, yaitu: �merintih dan menggeliat kesakitan� (lihat Yesaya 26:17). Tatkala air ketuban pecah, rahim menjadi lebih sering kontraksi bersama semakin meningkatkan rasa sakit sehingga menghadirkan rintihan, airmata, dan tak jarang diikuti oleh teriak kesakitan. Mereka �mengandung�, �menderita sakit bersalin�, tetapi hanya �melahirkan angin� yang �tidak membawa keselamatan� bagi dirinya (lihat Yesaya 26:18). �Sebab tak seorang pun dapat menebus dirinya sendiri atau membayar tebusan kepada Allah untuk kehidupannya� (lihat Mazmur 49:8). Yesaya juga menubuatkan: �Semua amal baik� menjadi �seperti pakaian kotor� sehingga mereka �menjadi layu seperti daun-daun, hilang diterbangkan oleh kejahatan-kejahatan� yang telah dilakukan sehingga tidak berbuah (lihat Yesaya 64:5). Yesus mengingatkan: �Selama kamu tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam kamu, maka kamu akan berbuah banyak; tetapi terpisah dari pada-Ku kamu tidak dapat berbuat apa-apa� (lihat Yohanes 15:5); dan mengundang seluruh anak-anak Allah dengan bersabda: �Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan� (lihat Matius 11:28-30).

Hukum Perjanjian Lama diibaratkan sebuah kuk (lihat Sirakh 6:25). Tetapi, kuk � yang terdiri dari 612 perintah itu � menjadi beban yang sangat berat. Umat pilihan Allah harus taat bila tidak ingin terhukum, bahkan dengan hukuman mati. �Sebab barang siapa memelihara seluruh hukum, tetapi melanggarnya dalam dalam salah satu segi, dianggap bersalah karena melanggar seluruh hukum� (lihat Yakobus 2:10). �Terkutuklah dia yang tidak menegakkan perkataan Taurat ini dengan melaksanakannya!� (lihat Ulangan 27:26). �Orang yang benar akan hidup karena kesetiaannya� (lihat Habakuk 2:4), �oleh iman, orang benar akan hidup� (lihat Galatia 3:11). Bersyukurlah, karena �Kristus telah meluputkan kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan Ia sendiri menjadi kutuk demi kita� (lihat Galatia 3:13). Yesus sendiri sudah mengingatkan agar diri ini datang kepada-Nya bersama beban kutukan yang berat itu agar Dia �memberi kelegaan� (lihat Matius 11:28). Sebagai Allah, Yesus memberi kita kuk yang lain agar kita �mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan� (lihat Matius 11:29-30). Yesus bukan untuk menghapus hukum Taurat, tetapi menggenapinya (lihat Matius 5:17); dengan ukuran yang lebih tinggi dari hukum lama pada hubungan antar sesama, moralitas seksual, pernikahan, berbicara, keadilan, dan kasih (lihat Matius 5:20-47). Yesus memberi ratusan perintah tambahan dari 612 perintah lama sehingga terasa semakin mustahil. Tetapi, dengan tegas Dia berkata: �Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (lihat Markus 9:23).

Salah satu perintah-Nya yang sangat mustahil adalah: �Kamu harus berlaku benar dan sempurna seperti Bapa-mu di sorga pun benar dan sempurna� (lihat Matius 5:48).Tubuh fana akan mendatangkan rasa takut dengan menghadirkan pikiran: �Bagaimana mungkin kuk Yesus yang sangat berat itu menjadi mudah dan ringan?� Ya, bila orang memaksakan kehendak dan kekuatan sendiri (lihat Yesaya 26:12). Yesus tahu keterbatasan diri ini dan tidak menyuruh mematuhi perintah dan membawa kuk-Nya dengan cara atau kemauan kita, tetapi mempercayakan sepenuhnya pada kasih karunia-Nya agar yang mustahil itu terlaksana (lihat Lukas 1:37). Selain, kesediaan memikul kuk sebenarnya datang dari karunia-Nya, bukan hasil kerja diri ini (lihat Efesus 2:9); yang telah dijanjikan Yesus: �Aku akan memberi kelegaan kepadamu.� (lihat Matius 11:28). Jadi, tatkala kasih Allah mendatangkan niat untuk memikul kuk-Nya, tugas kita percaya pada belas kasihan-Nya (lihat Yesaya 26:8); sambil berseru: �Allah Tuhan-ku adalah kekuatanku: Ia membuat kakiku ringan seperti rusa dan meneguhkan langkahku di tempat yang tinggi� (lihat Habakuk 3:17-18). Ajaklah keluarga dan saudara seiman datang kepada Yesus tanpa motif apa pun, tanpa syarat, dan tidak ada agenda lain kecuali hanya untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap kekuatan, dan dengan segenap akal budi sambil mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (lihat Lukas 10:27); yang ditegaskan Rasul Petrus: �Tidak ada keselamatan di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia� (lihat Kisah Para Rasul 4:12).

Kita semua mungkin sama seperti Musa, yang pada saat ini sedang menyelidiki dan ingin tahu lebih baik tentang Allah. Begitu bertanya: �Siapakah Engkau, ya Allah?�, jawaban yang akan kita terima: �Aku adalah Aku� (lihat Keluaran 3:14). Allah adalah: �Gunung Batu yang kekal� (lihat Yesaya 26:4); �Kudus� (lihat Imamat 19:2); �Sempurna� (lihat Ayub 11:7); �Yang Mahatinggi� (lihat Ayub 37:23); �Kehidupan� (lihat Ulangan 30:19); dan �Keselamatan� (Kisah Para Rasul 4:12). Jadi, tidaklah mengherankan kalau �Siapakah Engkau, ya Allah� dapat berbuat apa saja bagi diri ini, yang adalah utusan-Nya. Pandanglah Yesus yang tersalib dan sampaikan hal-hal yang ingin diketahui. Oleh belas kasihan-Nya, Yesus akan membawa anak-anak Allah ke Kalvari untuk menyerahkan salib bagi kita. Ketika berjalan bersama-Nya, Yesus akan mendampingi agar kebenaran-Nya terpelihara (lihat 1Timotius 5:18; 1Korintus 9:7-10). Meski penuh tantangan dan cobaan, diri ini �sungguh-sungguh bebas� (lihat Yohanes 8:36). Allah tidak akan memberi anugerah salib yang melebihi kemampuan kita (lihat Matius 11:30). Pikullah kuk yang dipercayakan-Nya (lihat Yeremia 27:12); dan jadikan Yesus sebagai Pemimpin. Sebab, semua pengikut-Nya ditakdirkan seperti Simon dari Kirene, yang berani menjalani penderitaan penebusan dengan memikul salib �sambil mengikuti Yesus� (lihat Lukas 23:26). Oleh karunia Roh Kudus, kita dikuatkan dan diberi �kelegaan� untuk sampai ke tempat perhentian (lihat Ibrani 4:11). Berserulah: �Ya Yesus, ajarkanlah terus agar saya semakin lemah lembut dan rendah hati seperti Engkau� (lihat Matius 11:29).

Setelah ratusan tahun mengutus Abraham menjadi Bapa bangsa Israel, Allah memperkenalkan diri kepada Yosua, orang pilihan-Nya. Setelah seribu tahun lebih, Yesus, Putera Allah, memberitahu tentang cara menyapa Allah. Kita tak lagi hanya tahu Allah sebagai: �Aku adalah Aku�, tetapi diajarkan menyapa Allah sebagai �Bapa� (lihat Lukas 11:2; Matius 6:9). Artinya, Allah telah bersedia mengangkat diri ini menjadi anak-anak-Nya. Kita menjadi orang pilihan yang sungguh dikasihi. Diri ini menjadi bagian dari bangsa yang terpilih, yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri (lihat 1Petrus 2:9). Bersama dan di dalam Kristus, kita menjadi ahli waris karena berhak menerima janji-janji Allah (lihat Roma 8:17). Diri ini tak akan pernah tahu, meski mencoba merancangnya sekalipun tentang rencana Yesus terhadap kita. Sebab, Dia adalah Allah (lihat Yohanes 1:1). Yang jelas, ketika semakin mengenal Allah lebih baik, diri ini berhadapan dengan pemberontakan yang dilakukan tubuh fana. Sebab, yang selama ini dihalalkan tiba-tiba dihentikan. Gejolak batin terasa begitu pahit, getir, membuat frustrasi, dan mungkin setiap hari orang terus-menerus marah kepada Yesus. Tetapi, bila rajin menghadiri Misa, termasuk Misa harian, mereka akan menerima �kelegaan� yang datangnya dari Allah (lihat Matius 11:28); karena lebih sering memandang dan menyatukan diri dengan Yesus sehingga kita dengan penuh sukacita menanggapi sabda-Nya -- �Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga Aku mengutus kamu� (lihat Yohanes 20:21) � dengan berseru: �Ini aku, utuslah aku!� (lihat Yesaya 6:8). Terpujilah Kristus!

Doa: �Ya Bapa di surga, hamba berjanji untuk bermegah pada Salib yang telah dianugerahkan oleh Putera-Mu, Tuhan hamba, Yesus Kristus. Hamba yakin dan penuh percaya diri ini akan dimampukan dalam memikulnya. Dikuduskanlah Engkau ya Bapa, terpujilah Engkau ya Yesus kristus, dimuliakanlah Engkau ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.�

Janji: �Tetapi Engkau, ya Tuhan, bersemayam untuk selama-lamanya, dan nama-Mu tetap turun-temurun. Engkau sendiri akan bangun, akan menyayangi Sion, sebab sudah waktunya untuk mengasihaninya, sudah tiba saatnya. Sebab hamba-hamba-Mu sayang kepada batu-batunya, dan merasa kasihan akan debunya. Maka bangsa-bangsa menjadi takut akan nama Tuhan, dan semua raja bumi akan kemuliaan-Mu, bila Tuhan sudah membangun Sion, sudah menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, sudah berpaling mendengarkan doa orang-orang yang bulus, dan tidak memandang hina doa mereka. Biarlah hal ini dituliskan bagi angkatan yang kemudian, dan bangsa yang diciptakan nanti akan memuji-muji Tuhan, sebab Ia telah memandang dari ketinggian-Nya yang kudus, Tuhan memandang dari sorga ke bumi, ntuk mendengar keluhan orang tahanan, untuk membebaskan orang-orang yang ditentukan mati dibunuh.� � Mazmur 102:13-21

Renungan Hari Ini, Kamis, 17 Juli 2014
BACAAN: Yesaya 26:7-9,12,16-19; Mazmur 102:13-21; Matius 11:28-30

PESTA PARA KUDUS: :Santo Acyllinus (Aquilinus), Santo Cythinus, Santo Donata, Santo Feliks, Santo Generosa, Santo Januaria, Santo Laetantius, Santo Nartzalus, Santo Secunda, Santo Speratur, Santo Vestina, santo Veturius, Martir Scillium; Santo Alexius (Alexis) dari Roma, Pelindung Pengemis; Beata Anne Petras, Beata Madeleine Brideau, Beata Marie-Genevi�ve Meunier, Beata Rose Chr�tien, Martir Karmelit dari Compiegne; Beato Ceslas (Ceslaus) Odrowaz dari Polandia, Pengaku Iman; Santo Klemens dari Ohrid (Okbrida), Uskup; Santo Cynllo dari Wales, Pengaku Iman; Santo Fredegand Kerkelodor, Kepala Biara; Santo Generosus dari Tivoli, Martir; Santo Gorazd, Rasul Bulgaria; Santo Hugh Muda dari Lincolnshire, Martir; Santo Hyacinthus dari Paphlagonia, Martir; Santo Kenelm (Cynehelm) dari Kenelstowe, Martir; Santo Leo IV, Paus Ke-103; Santo Magnus Feliks Ennodius dari Pavia, Uskup; Santa Marcellina dari Roma, Perawan, Pengaku Iman; Santo Nerses Lambronazi dari Tarsus, Uskup; Beato Pavel Peter Gojdic dari Yunani, Uskup; 12 Martir Sicilia; Beata Tarsykia Matskiv, Martir Ukraina; Santo Theodosius dari Auxerre, Uskup; Santo Turninus dari Antwerp, Pengaku Iman.

Tuesday, July 15, 2014

Gracias. Dios y la Virgen les bendigan



Gracias. Dios y la Virgen les bendigan


BERSUKACITALAH DI DALAM KASIH ALLAH



BERSUKACITALAH DI DALAM KASIH ALLAH

“Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu.” – Matius 11:26
Karena mengikuti keinginan tubuh fana, orang bisa bertindak sewenang-wenang dan menyombongkan diri atas kekuatan, kecerdasan, kekuasaan, dan kekayaannya (lihat Yesaya 10:13-14). Tetapi, mereka lupa bahwa manusia memiliki begitu banyak kelemahan, termasuk akan mati. Sebaliknya, sebagai Sang Pencipta, kekekalan hanya ada pada Tuhan (lihat Yesaya 10:15-16). Untuk itu, Yesus menyadarkan kita bahwa Bapa-Nya menyembunyikan banyak hal dari orang-orang yang merasa paling bijak dan pandai, tetapi menunjukkan kepada anak-anak-Nya yang tidak mau mengikuti keinginan tubuh fana sehingga bisa menjadi orang yang bersahaja (lihat Matius 11:25); mau memikul salib dan mengikuti-Nya (lihat Matius 10:38). Yesus lalu mengajarkan caranya, yaitu: ciptakan diri seperti anak kecil yang bergantung kepada Allah, yang memang pemilik dan pemelihara kita (lihat Matius 18:3). Dengan demikian, diri ini akan selalu bergantung kepada perintah-Nya dan berdoa kepada Tuhan setiap kali hendak bertindak – berpikir, berkata, berbuat sesuatu (lihat Yeremia 33:3). Yesus sama sekali tak mengabaikan perlunya pendidikan atau menganggap tidak berguna. Tetapi, ilmu pengetahuan penuh keterbatasan. Sedang, wahyu Allah melampaui pikiran manusia. Hanya oleh Roh Kudus orang bisa “mengetahui rahasia-rahasia Allah” (1Korintus 2:11). Tanpa dorongan Roh Kudus, mereka yang cerdas tidak akan mengetahui, bingung, menipu diri sendiri, dan tinggal dalam kegelapan (lihat Yakobus 1:22). Ajak mereka merendah kepada Allah agar menerima terang Roh Kudus dan kebenaran sabda-Nya (lihat Matius 11:26)

Tuhan “akan menghukum perbuatan ketinggian hati… dan sikapnya yang angkuh sombong” (lihat Yesaya 10:12). Bukan memuji Tuhan, malah berkata: “Dengan kekuatan tanganku aku telah melakukannya dan dengan kebijaksanaanku, sebab aku berakal budi; aku telah meniadakan batas-batas antara bangsa, dan telah merampok persediaan-persediaan mereka, dengan perkasa aku telah menurunkan orang-orang yang duduk di atas takhta” (lihat Yesaya 10:13). Keangkuhan membutakan mata hati sehingga “sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah” (lihat Amsal 6:17). “Mereka tidak merasa perlu… mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga… melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan… kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka… pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan” (lihat Roma 1:28-31). Tetapi, manusia sombong akan “ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya Tuhan sajalah yang maha tinggi pada hari itu” (lihat Yesaya 2:11,17). Bersyukurlah bila setelah dilayani mereka mau bertobat (lihat Matius 11:26); rendah hati (lihat Matius 23:12); dan bersahaja (lihat Matius 11:25). “Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya” (lihat Mazmur 94:14).
Musa tidak lebih hanya seorang anak yang terbuang, pembunuh, buronan, pengungsi di negeri orang, seorang yang diremehkan, dihina, dan sama sekali tidak pernah diperhitungkan. Bahkan, ketika Tuhan mengutus dia untuk menghadap Firaun, Musa berkata kepada Allah, “Siapakah aku ini sehingga dapat pergi kepada Firaun dan membawa bangsa Israel ke luar dari Mesir?” (lihat Keluaran 3:10-11). Tetapi, Allah berjanji akan membukakan rahasia kepada orang semacam Musa, tetapi disembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai (lihat Matius 11:25). Tuhan berjanji bahwa orang seperti Musa -- yang dipandang sebelah mata oleh dunia -- akan dikayakan dalam iman dan memperoleh warisan-Nya (lihat Yakobus 2:5). Allah menepati janji-Nya dengan hadir di hadapan Musa sebagai kobaran api dalam semak duri. Kepada Musa, Allah mengungkapkan diri-Nya adalah ‘Aku’ yang merencanakan penebusan bagi kaum Israel dari perbudakan dengan cara ke luar dari Mesir (lihat Keluaran 3:14). Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengungkapkan hal ini bahwa: “Allah telah memilih orang yang dianggap bodoh oleh dunia untuk mempermalukan mereka yang bijaksana; Ia memilih orang yang dipandang lemah oleh dunia untuk mempermalukan mereka yang kuat. Allah telah memilih rakyat jelata yang tidak masuk hitungan, malah Ia menggunakan yang tidak ada untuk meniadakan yang ada, agar tak ada insan yang dapat bermegah di hadapan Allah” (lihat 1Korintus 1:27-29). Yesus menegaskan hal itu dengan bersabda: “Sungguh, inilah yang berkenan kepada Bapa-Ku” (lihat Matius 11:26).

Dalam Yesus, diri ini akan seperti semak duri yang bernyala, tetapi tidak hangus ataupun terbakar (lihat Keluaran 3:2). Sayangnya, tidak sedikit dari antara kita yang merasa takut terbakar oleh kasih Allah (lihat Ibrani 12:29). Padahal, terbenam dalam kasih Allah berarti diri ini menerima rakhmat pengampunan dan memperoleh kekudusan (lihat keluaran 3:5). Sama seperti Musa, kita dipenuhi kekaguman karena kasih Allah mampu menarik diri ini meski sebenarnya diliputi keraguan. Kasih berkobar yang datang dari Allah adalah kasih Bapa, Putera, dan Roh Kudus. Kobaran kasih ini memang dianugerahkan tidak untuk membakar, tetapi masuk dan bersemayam di dalam hati kita semua melalui Roh Kudus (lihat Roma 5:5). Yesus bersabda: “Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tak seorang pun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorang pun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang berkenan kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya” (lihat Matius 11:27). Segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan Bapa kepada Yesus (lihat Matius 28:18). “Kamu tidak dapat berbuah kecuali kalau kamu tinggal di dalam Aku” (lihat Yohanes 15:4); yang ditegaskan Rasul Paulus: “Melalui suatu jalan baru yang hidup, yang dibuka-Nya bagi kita melalui tirai, yaitu tubuh-Nya” (lihat Ibrani 10:20). Untuk itu, Rasul Yohanes mengingatkan kita: “Barang siapa mengasihi dunia, maka kasih kepada Bapa tidak ditemukan di dalam dia” (lihat 1Yohanes 2:15). Untuk itu, orang harus jujur pada dirinya agar dibenarkan oleh Tuhan (lihat Matius 11:26); sehingga bisa hidup di dalam kasih-Nya (lihat Yohanes 15:9).

Allah memperkenalkan kepada kita begitu banyak gunung di dalam kehidupan ini. Sebagai contoh, Gunung Gerizim untuk memberkati orang-orang yang takut akan Allah, sementara gunung Ebal sebagai tempat untuk mengutuk (lihat Ulangan 27:12-13). Gunung Sinai sebagai tempat disampaikannya perintah Allah (lihat Keluaran 19:2); dan gunung Karmel sebagai tempat untuk memperbaharui perjanjian dengan Allah, memerangi pemujaan berhala dan nabi-nabi palsu (lihat 1Raja-Raja 18:19). Akhirnya, Yesus lalu mengajak diri ini ke gunung Kalvari, dekat bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem surgawi (lihat Ibrani 12:22). Untuk memulai pendakian, orang harus meniru Musa dengan mendaki gunung Allah, yakni gunung Horeb (lihat Keluaran 3:1). Di sana, mereka akan melihat Allah dalam rupa kobaran api kasih-Nya (lihat Ibrani 12:29). Di gunung Horeb, orang akan mendengar Allah memanggil (lihat Keluaran 3:4); dan membuka tabir rahasia diri-Nya (lihat Keluaran 3:14). Gunung Horeb adalah tanah yang kudus (lihat Keluaran 3:5); mereka harus melepas kasut (lihat Keluaran 3:5); sambil menyadari betapa tak berarti dirinya di hadapan Allah. Di gunung Horeb, mereka -- yang berhasil menyangkal diri – akan takut kepada Allah, yang adalah awal dari kebijaksanaan (lihat Mazmur 111:10); yang sangat dibutuhkan untuk menemani langkah kehidupan seseorang. Dari gunung Horeb inilah, Allah selanjutnya menugaskan kita semua untuk menjadi saksi hidup-Nya agar membebaskan dan menolong keluarga dan saudara seiman yang membutuhkan serta sesama yang menderita (lihat Matius 11:26).

Agar dapat menerima wahyu ilahi dibutuhkan kerendahan hati dengan menjadi anak-anak bersahaja yang menggantungkan diri sepenuhnya kepada Allah. Tengoklah, Musa, salah seorang penerima wahyu ilahi dalam sejarah. Dia “seorang yang sangat rendah hati, lebih rendah hati daripada siapa pun di atas muka bumi ini” (lihat Bilangan 12:3). Dia adalah korban penindasan Firaun sehingga tak pernah mengenal orangtuanya. Dia mengungsi ke negeri Midian agar terbebas dari kejaran Firaun (lihat Keluaran 2:15). Karena kerendahan hati kepada anak-anak gadis Rehuel, Musa diterima dalam keluarga itu sebagai gembala, bahkan dinikahkan dengan salah seorang dari mereka, Zipora (lihat Keluaran 2:16-22). Meski Allah memberi kuasa mengadakan mukjizat, Musa tetap rendah hati oleh kelemahannya yang tidak “dapat berbicara fasih” dan sulit menemukan kata-kata untuk yang dapat mengungkapkan apa yang hendak dikatakan (lihat Keluaran 4:10). Musa lembut hati dan menganggap dirinya bukan apa-apa, termasuk di hadapan Allah yang telah memberi wahyu untuk menyatakan diri-Nya. Seperti Musa, sebagai orang-orang pilihan Allah, diri ini tentu punya alasan menjadi orang yang rendah hati sehingga dengan mudah bisa hidup bersahaja karena memiliki roh kemiskinan (lihat Matius 5:3); mau mencuci kaki orang lain (lihat Yohanes 13:5); menjamu “orang-orang miskin” (lihat Lukas 14: 13); dan tetap bersukacita meski ditolak serta dianiaya karena Injil (lihat Matius 5:10). Sebab, Inilah kunci yang membuat Musa menjadi layak menerima wahyu Tuhan (lihat Matius 11:26). Terpujilah Kristus!

Doa: “Ya Bapa di surga, tak putus-putusnya hamba mengucap syukur atas urapan kasih ilahi-Mu yang telah memampukan diri ini memiliki kerendahan hati di hadapan Putera-Mu, Tuhan hamba, Yesus Kristus, hidup bersahaja, dan bisa mengasihi keluarga, saudara seiman, dan sesama dengan benar. Dikuduskanlah Engkau ya Bapa, terpujilah Engkau ya Yesus Kristus, dimuliakanlah Engkau ya Roh Kudus, Allah yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang segala masa, amin.”

Janji: “Umat-Mu, ya Tuhan, mereka remukkan, dan milik-Mu sendiri mereka tindas; janda dan orang asing mereka sembelih, dan anak-anak yatim mereka bunuh; dan mereka berkata: "Tuhan tidak melihatnya, dan Allah Yakub tidak mengindahkannya." Perhatikanlah, hai orang-orang bodoh di antara rakyat! Hai orang-orang bebal, bilakah kamu memakai akal budimu? Dia yang menanamkan telinga, masakan tidak mendengar? Dia yang membentuk mata, masakan tidak memandang? Dia yang menghajar bangsa-bangsa, masakan tidak akan menghukum? Dia yang mengajarkan pengetahuan kepada manusia? Sebab Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya; sebab hukum akan kembali kepada keadilan, dan akan diikuti oleh semua orang yang tulus hati.” – Mazmur 94:5-10,14-15


PESTA PARA KUDUS: Beato Ambrosio Francisco Ferro dan 29 Kawan, Martir Brasil; Beato Bartolomeu (Bartholomæus) dei Martiri Fernandes dari Braga, Uskup; Santo Eustathius dari Antiokia, Uskup; Santo Generosusdari Poitou, Kepala Biara; Santo Helier (Helerous, Hielier) dari Pulau Yersey, Martir; BeataIrmengard dari Chiemsee, Kepala Biara; Santa Marie Madeline Postel, Pendiri KonggregasiSuster-SusterHinadariKerahiman; Santo Vitalianus dari Capua, Uskup.

Renungan Hari Ini, Rabu, 16 Juli 2014
BACAAN: Yesaya 10:5-7,13-16; Mazmur 94:5-10,14-15; Matius 11:25-27


Source : FB Renungan Hari Ini

Friday, June 20, 2014

Santo Aloysius Gonzaga, Biarawan dan Pengaku Iman



Santo Aloysius Gonzaga, Biarawan dan Pengaku Iman


21 Juni
Santo Aloysius Gonzaga, Biarawan dan Pengaku Iman
Aloysius Gonzaga, yang biasanya dipanggil Luigi, lahir di Castiglione delle Stiviert, Italia Utara pada tanggal 9 Maret 1568. Ia berasal dari sebuah keluarga bangsawan yang berkuasa dan kaya raya. Ketika berumur 9 tahun, putera tertua dari Marchese Ferrante ini mengikuti pendidikan di istana keluarga Fransesco de Medici di Florence. '

Selama berada di istana de Medici, ia mulai menyadari panggilan ilahi dalam dirinya. Ia tahu apa yang nanti akan terjadi atas dirinya. Hidup asusila yang mewarnai cara hidup orang-orang istana sangat memuakkan hatinya. Ia merasa terancam oleh cara hidup istana itu. Untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya itu, ia terus berdoa memohon perlindungan dari Tuhan. Dalam situasi ini ia dengan berani mengikrarkan kaul kemurnian hidup dan berjanji akan menjaga kesucian dirinya. Kaul ini diikrarkannya selagi berusia 10 tahun (1578). Di kemudian hari, ia sendiri mengatakan bahwa ia telah memutuskan menjalani kehidupan religius pada umur 7 tahun. Pada tahun 1580, ia menerima Komuni Kudus pertama dari Uskup Agung Milan, Karolus Borromeus.

Kemudian pada tahun 1581, ia bersama Maria dari Austria pergi ke Spanyol. Ia tinggal selama tiga tahun di istana Yakobus, putera raja Philip II di Madrid. Disinilah ia memutuskan untuk masuk Serikat Yesus. Untuk itu ia segera kembali ke Italia pada tahun 1584 untuk menyampaikan niatnya kepada orang-tuanya. Ayahnya menolak dengan tegas keinginan anaknya. Aloysius diharuskan tetap mempertahankan gelar kebangsawanan dan harta benda warisannya. 

Segera ia mengalihkan semua haknya dan harta warisannya kepada saudaranya yang lebih muda. Ayahnya tidak berdaya menghadapi anaknya ini. Akhirnya Aloysius masuk novisiat Serikat Yesus di biara Santo Andreas di Roma. Ia diterima oleh Pater General Serikat Yesus, Claudius Acquaviva. Setelah menyelesaikan tahun novisiatnya, ia diperkenankan mengucapkan kaul pertama.
Prestasinya yang tinggi dalam pelajaran ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu pengetahuan lainnya memperkenankan dia memulai studi Teologi di Kolose Roma. Ia ternyata sangat mampu mengikuti kuliah Teologi. Kawan-kawannya sangat menyegani dia karena belaskasihannya, kerendahan hatinya dan ketaatannya. Kesalehan hidupnya dan ketabahannya dalam menghayati hidup membiara membuat dia menjadi tokoh teladan bagi kawan-kawannya.

Pada usia 23 tahun, ketika terlibat aktif dalam perawatan orang-orang sakit korban wabah pes di Roma, ia sendiri terserang penyakit berbahaya itu. Akhirnya ia meninggal setelah tiga bulan menderita, pada tanggal 21 Juni 1591, hari terakhir Oktaf Pesta Tubuh dan Darah Kristus. Ia dikuburkan di Annunziata dekat Kolose Roma. Jenazahnya kemudian dipindahkan ke Gereja Santo Ignatius.

Saturday, March 29, 2014

Doa Santo Mikael Malaikat Agung




Doa Santo Mikael Malaikat Agung


Kisah dari doa ini berawal dari seorang pelayan Tuhan, Antonia d'Astonac yang menerima penampakan dari Malaikat Agung Mikhael, yang menyuruhnya menghormati kesembilan Kelompok Paduan Suara Malaikat dengan doa ini.

Malaikat Agung Mikhael berjanji bahwa barangsiapa yang melakukan devosi ini, ketika mendekati Komuni Kudus, akan mendapat perlindungan dari sembilan malaikat yang dari Kelompok Paduan Suara Malaikat. Dan bagi mereka yang mendaraskan doa ini setiap hari akan memperoleh perlindungan dari Malaikat Agung Mikhael dan semua malaikat sepanjang hidup mereka.

“Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah- pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. 

Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan.” ~ Efesus 6:11-17.

Doa Santo Mikael Malaikat Agung 

☩ Dalam Nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, Amin.

Santo Mikael Malaikat Agung;

Belalah kami dalam pertempuran.      

Jadilah pelindung kami terhadap kebencian dan jerat setan.        

Dengan rendah hati kami mohon, semoga Allah menaklukannya.     

Dan engkau O pimpinan seluruh penghuni surgawi, dengan kuasa Ilahi, usirlah keneraka setan dan roh jahat yang berkeliaran diseluruh dunia untuk menghancurkan jiwa-jiwa.     

Amin.     


Source :  FB Michael Christiano Hady

Thursday, November 21, 2013

Doa Padre Pio



Doa Padre Pio
O Yesus penuh rahmat dan belas kasian,korban dari para pendosa;begitu terdorong oleh kasih kepada kami,hingga engkau rela wafat di Kayu Salib.
Dengan rendah hati,aku mohon supaya Engkau memuliakan di Surga dan di bumi hamba Allah Padre Pio dari Pietrelcina yg secara murah hati mengambil bagian dalam sengsara-MU.
Yang sungguh mengasih Dikau dan bekerja amat setia demi Kemuliaan Kerajaan Allah Bapa di Surga dan demi keselamatan jiwa-jiwa.
Dengan penuh kepercayaan,aku mohon agar Kau anugerahi aku melalui perantaraannya rahmat untuk....................yang aku amat rindukan.Amin.
(Bapa Kami.....Salam Maria....Kemuliaan...) 3X
 — 

Thursday, July 11, 2013

St. Mary Magdalen de Pazzi



St. Mary Magdalen de Pazzi, when in ecstasy, once exclaimed: "Every time a creature offers up the Blood by which he was redeemed, he offers a gift of infinite worth, which can be equaled by no other." God revealed the practice of making this offering to this Saintly Carmelite nun when He complained to her that so little effort is made in this world to disarm His Divine justice against sinners. Acting upon this admonition, she daily offered the Precious Blood fifty times for the living and the dead. She did this with so much fervor that God showed her on different occasions the numerous souls who had thereby been converted or delivered from Purgatory.

At another time when St. Mary Magdalen de Pazzi was in ecstasy, she saw all the holy patrons of the city of Florence [accompanied by innumerable other saints], before the throne of God interceding for sinners. Their petitions, however, remained unanswered. 


Then the guardian Angels of the poor sinners approached, but their prayers likewise remained unheard. Next came the multitudes of the blessed to make intercession for the guilty souls. While imploring God's mercy, they were intent at the same time upon offering to the Eternal Father the Precious Blood, and on account of the merits of the Divine Blood, their petitions were granted. Ought not these examples incite us to offer the Precious Blood frequently during the day?

Tags