Latest News

Showing posts with label SSCC Com. Show all posts
Showing posts with label SSCC Com. Show all posts

Saturday, July 13, 2019

Tahbisan Imam SS.CC Dalam Bingkai Kebhinekaan. Oleh Romo Felix Supranto, SS.CC. 21 - 01 - 2019

Tahbisan Tiga Imam SS.CC Dalam Bingkai Kebhinekaa di Gereja Katolik Santa Odilia Citra Raya

Telah ditahbiskan tiga imam baru SS.CC oleh Mgr. Ignatius Suharyo, Uskup Agung Jakarta, 21 Juni 2019, di Gereja Katolik St. Odilia Citra Raya Tangerang.
Yang menarik dalam tahbisan imam ini adalah kehadiran Kapolresta Tangerang dan Dandim 0510 Tigaraksa besert jajarannya, Muspida, Muspika, tokoh lintas agama dan masyarakat.

Kerukunan dan Toleransi di Kabupaten Tangerang memang luar biasa.


On June 21, 2019 at the Church of St. Odilia, Tangerang, West Java, Indonesia, our three SS.CC brothers: Agustinus Triyono, Shenli Mario Angelo, and Thomas Waluyo were ordained priests by Archbisop of Jakarta, Archbishop Ignatius Suharyo. Thirty more priests and several religious sisters and also about two thousand people attended the celebration of the ordination. What was very interesting was that the event was attended by religious leaders who were members of the Religious Harmony Forum (Forum Kerukunan Umat Beragama), community leaders and Tangerang Polresta (Police District) and Dandim 0510 Tigaraksa (Military District) along with their staff as well as from Muspida (Regency Government) as an illustration of harmony in the Tangerang Regency. After the celebration was finished Provincial Superior Father Bonifasius Payong announced the assignment of each new priest: Father Triyono was assigned to the St. Odilia Parish in Citra Raya, Tangerang, Father Thomas Waluyo was assigned to St. Gabriel Parish in Sumber Sari, Bandung and Father Shenli were assigned to Batam Oase Centre (SS.CC Retreat House) in Batam.




Komunitas Baru di Rumah Retret




Bertepatan dengan hari wafatnya bapak pendiri pada 27 Maret 2019, atas nama dewan pastur Martin Irawan sscc meresmikan pembukaan komunitas baru di BOC dengan nama Komunitas Piere Coudrin Upacara di hadiri oleh anggota wilayah Batam, komunitas Suster dan cabang awam.Para Novis memeriahkan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Romo Lukas (Korwil Batam) dengan koor.Yang ikut dalam konselbran adalah Romo Richard (Piko komunitas baru) dan Pastur Martin.

Sapaan Hati Pater Propinsial SSCC

Salam dalam Hati Kudus Yesus dan Maria
Dalam dunia saat ini, kita sedang hidup dalam arus perkembangan teknologi yang begitu pesat dan cepat. Manusia terkoneksi satu sama lain dalam dunia baru yang di kenal dengan nama “dunia digital”. Setiap pribadi dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi dari berbagai belahan dunia. Tidak heran jika dunia saat ini menjadi “mega Modial Metropolitan”. Situasi ini mengundang kita untuk memikirkan dan mengembangkan model pastoral baru yang effectif untuk menyapa setiap pribadi dalam kesibukannya masing-masing.
Setelah terpilih sebagai Propinsial SSCC Indonesia periode ke dua, sebagai Pimpinan saya merasa perlu untuk mengembangkan karya baru di bidang dunia informatika dan media sosial. Hal ini seiring dengan ajakan Bapa Paus Fransiskus kepada semua religius untuk mengunakan media sebagai sarana pewartaan baru Injil. Karena itu saya mengajak para saudara dan keluarga besar SSCC untuk dengan bijaksana menyapa dunia lewat media internet dan sosial media lainnya.Semoga kehadiran media sosial ini semakin membantu kita dalam setiap karya pelayanan.

Salam dan Doa
Rm Bonifasius Payong, SSCC

Sunday, September 8, 2013

Cerita Singkat Pengalaman Mengunjungi Seminari Damian



Cerita Singkat Pengalaman Mengunjungi Seminari Damian

Kamis 15 Maret 2012, Indonesian Papist berkesempatan mengunjungi Seminari Damian milik Kongregasi SS.CC. yang lebih dikenal dengan Kongregasi Picpus atau Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Maria. Ini adalah kunjungan kedua saya ke Seminari Damian setelah sebelumnya saya mengunjungi Seminari tersebut untuk mengajak jalan-jalan Frater Paulus Molina SS.CC. dari Singapura yang sedang berkunjung ke Indonesia.

Dengan mengendarai motor, saya berangkat menuju seminari dan tiba di sana pukul 10.30 dan disambut dengan hangat oleh Frater Feliks, SS.CC.dan dipersilahkan masuk ke ruang tamu seminari. Di sana awalnya saya hendak bertemu Frater Jones SS.CC. yang secara marga batak adalah tulang/paman saya. Kami pun berbincang-bincang mengenai berbagai hal. Dari pembicaraan tersebut saya mendapatkan info bahwa ada dua orang seminaris yang mengundurkan diri dari SS.CC.  Hal ini sungguh memprihatinkan di tengah peningkatan umat yang lebih cepat ketimbang peningkatan jumlah imam. Saya dan Frater Jones (dan saya yakin banyak dari umat Katolik) menyebut hal ini dengan istilah "Krisis Panggilan".However, istilah ini kemudian dikoreksi oleh Bruder Hendrik, SS.CC. di suatu sesi dialog yang berbeda. 

Kemudian, saya pun bertanya apakah Seminari Damian pernah mengadakanlive in  hidup di biara bagi kaum muda untuk promosi panggilan. Konsepnya adalah para kaum muda selama 1 minggu atau 2 minggu tinggal, beraktivitas, dan berdoa di sana serta merasakan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh para seminaris di Seminari Damian. Frater Jones bilang belum pernah ada yang seperti itu, tetapi ada sekitar 3 orang yang sudah bekerja live in di Seminari Damian selama akhir pekan. Bagi Frater Jones, hal itu bagus dan bisa saja dijalankan tetapi tentu akan ada sejumlah masalah berupa dana dan waktu. Well,  tentang ini kami memang hanya berbicara secara umum dan konsepnya masih kasar sekali tetapi harapan saya melalui kegiatan ini, semakin banyak kaum muda terpanggil menjadi kaum religius. Frater Jones juga memberitahu saya bahwa SS.CC. ini juga memiliki SS.CC. awam bagi siapa saja yang tertarik menghidupi spiritualitas Picpus dan berperan aktif bagi SS.CC.

Biografi Pater Rolf Reichenbach SS.CC (alm)

Sedang asyik berbicara dan sharing bersama Frater Jones, Bruder Hendrik datang dan kami pun saling menyapa dan bersalaman.  Kami berbicara sejenak dan kemudian saya memaparkan bahwa ada teman saya yang hendak membeli buku Biografi Pater Rolf Reichenbach, SS.CC (alm). Di topik ini juga, saya menawarkan blog saya (Indonesian Papist) sebagai tempat untuk promosi buku tersebut sekaligus secara umum memperkenalkan SS.CC dan secara khusus Pater Rolf Reichenbach sendiri. Sekadar info, saya sudah memiliki buku biografi tersebut dan saya membaca bahwa jenazah Pastor Rolf Reichenbach itu inkorup / utuh / tidak membusuk. Bruder Hendrik menyetujui sembari memberikan saran-saran untuk promosi buku tersebut dan menyarankan saya untuk mempromosikannya juga kepada kaum muda Katolik. Singkatnya, Bruder Hendrik setuju memberikan Indonesian Papist privilege  untuk mempromosikan buku tersebut.

Setelah perbincangan tersebut, kami mengikuti Ibadat Siang yang diadakan pukul 12.45. Ibadat Siang diadakan di Kapel Seminari di lantai dua (Seminari Damian memiliki dua lantai). Ibadat Siang tentunya merupakan hal yang menjadi "makanan sehari-hari" bagi para seminaris. Kata Frater Jones, karena hari ini hari Kamis yaitu "hari berbahasa inggris", maka Ibadat Siang tadi menggunakan teks-teks ibadat berbahasa Inggris. Semua doa, antifon, bacaan dsb dibawakan dalam bahasa Inggris. Menarik walau membuat saya sedikit bingung. Ibadat Siang berjalan dengan hening dan khidmat. Kondisi seperti ini membantu saya untuk lebih dekat dengan Tuhan. Ibadat Siang pun selesai dan berlanjut dengan jam makan siang. Kami pun turun ke bawah dan menuju ruang makan. Tentunya sebelum makan, kami berdoa dulu. Hidangan yang kami makan adalah hasil masakan salah seorang frater. Syukur atas makan siang tersebut. Sembari makan, para frater berbincang-bincang satu sama lain dengan menggunakan bahasa Inggris. 

Di sini saya cenderung diam menikmati makanan dan hanya memperhatikan mereka berbicara ketimbang ikut terlibat langsung karena topik yang mereka angkat cukup asing dan tidak terlalu umum. Sesekali para frater tersebut bertanya mengenai latar belakang saya. Makan siang pun selesai tetapi sebelum doa penutup makan siang, saya diminta memperkenalkan diri saya. Setelah doa penutup, kami pun menuju ke dapur membawa piring dan gelas masing-masing. Sembari mencuci, tiga orang Frater termasuk Frater Jones berbincang-bincang dengan saya. Setelah itu, saya kembali menuju ruang tamu dan bertemu dengan Bruder Hendrik (lagi).  Kami berbicara berbagai hal dan sampailah kami pada suatu topik yang menurut saya menarik untuk didokumentasikan. 

Foto bersama Bruder Hendrik, SS.CC. Foto diambil pada saat kunjungan pertama ke Seminari Damian (Foto oleh Frater Paulus Molina)

Saya: "Bruder, SS.CC. lagi mengalami krisis panggilan ya?"

Bruder Hendrik: "Tidak, tidak sama sekali. Tidak pernah ada Krisis Panggilan."

Saya: "Lho? Kok gak ada?" (terkejut)

Bruder Hendrik: "Iya, tidak pernah ada krisis panggilan. Allah tidak pernah mengalami krisis dalam memanggil umat-umat-Nya. "Jangan mencuri", "Tinggalkanlah dosa itu", "Jadilah imam-imam-Ku" adalah bentuk panggilan Allah kepada manusia. Di setiap saat, Allah terus memanggil kita untuk berbuat benar tidak hanya soal panggilan hidup religius tetapi juga dalam berbagai hal di hidup kita. Kamu datang ke sini dapat merupakan panggilan dari Allah buat kamu dan dapat pula panggilan dari Allah buat kami. Kedatangan kamu di sini bisa membuat kamu diteguhkan oleh kami dan bisa pula membuat kami diteguhkan oleh kamu. Allah memanggil kami melalui kamu, dan Allah memanggil kamu melalui kami. 

Nah, krisis yang sebenarnya terjadi adalah KRISIS TANGGAPAN TERHADAP PANGGILAN ALLAH. Kita menghadapi krisis ini sekarang. Allah telah memanggil kita, tetapi apakah kita mau menanggapi panggilan itu? Allah memanggil dan meneguhkan kami melalui kamu, tetapi apakah kami kemudian menanggapinya atau tidak, itulah pertanyaan utamanya."

Saya: "Jadi terminologi "Krisis Panggilan" itu keliru ya, Der?"

Bruder Hendrik: "Iya, keliru. Ada ibu-ibu bilang seperti itu dan langsung saya koreksi bahwa kita tidak mengalami krisis panggilan tetapi krisis tanggapan terhadap panggilan. Nah, kamu setelah mendengar hal ini, bisa kamu beritahukan teman-teman kamu sebagai koreksi buat mereka supaya tidak keliru soal hal ini."

Ya, saya menuliskan pengalaman singkat ini juga untuk meneruskan koreksi dari Bruder Hendrik kepada siapapun yang masih terjebak dalam istilah "Krisis Panggilan".

Dari Kiri Ke Kanan: Frater Paulus Molina, SS.CC., Pater Ludvinus van Dongen, SS.CC., Frater Jones Nadeak, SS.CC. (Foto oleh Frater Paulus Molina)
Setelah berbincang dengan Bruder Hendrik, Beliau menawarkan saya untuk bertemu dengan Pater Ludvinus van Dongen SS.CC. yang sudah berusia lebih dari 90 tahun (saya tidak menanyakan angka pastinya). Opa van Dongen (Beliau dipanggil "Opa" oleh para penghuni Seminari Damian) di mata saya sama sekali tidak terlihat sebagai orang tua berumur 90 tahun. Kondisi fisiknya masih kuat, matanya masih melihat dengan jelas dan responnya terhadap orang di sekitar juga bagus. Tetapi Pater van Dongen agak sulit menangkap inti pertanyaan dan komentar saya saja jadi tanggapannya sering tidak sesuai dengan maksud pertanyaan dan komentar saya itu. Ingatan Pater van Dongen masih baik, ia masih bisa menceritakan bagaimana karya misinya di Indonesia, kapan ia datang ke Indonesia, sudah berapa lama di Seminari Damian, dll. Ya, intinya Beliau tidak terlihat sebagai seorang tua berumur 90 tahun. Bagi saya, Beliau itu seperti orang berumur 50-60 tahun.  

Di samping itu, Frater Jones juga berkata untuk urusan "hati", Pater van Dongen itu benar-benar baik. Ia menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Pater van Dongen, "Opa, makanan opa boleh tidak saya berikan ke orang miskin?" Segera Pater van Dongen menanggapi, "Oh, iya, silahkan. Berikan kepada mereka karena mereka lebih butuh. Saya masih bisa makan lagi besok." Perbincangan terhenti karena Pater van Dongen hendak beristirahat siang. Beliau kemudian memberi berkat kepada saya dan bergerak dari tempat duduk menuju kamar dengan dipapah oleh Frater Feliks. 

Menerima berkat dari seorang  Pater SS.CC. berusia lebih dari 90 tahun adalah sesuatu yang lebih dari sekadar "sesuatu banget". Deo Gratias untuk berkat ini. Segera sesudah Pater van Dongen masuk kamar, saya pamit pulang kepada Bruder Hendrik dan Frater Feliks. Sekian cerita singkat pengalaman saya berkunjung ke Seminari Damian.  Kunjungan kali ini adalah kunjungan kedua tetapi tidak akan menjadi kunjungan yang terakhir saya ke Seminari Damian.

Artikel ini saya tulis sebagai wujud terimakasih saya kepada para penghuni Seminari Damian atas sambutan dan segala bentuk kebaikan yang saya terima dari mereka. Pax et bonum

Source : www.jawabanuntukmu.blogspot.com

Tuesday, March 26, 2013

Hari Panggilan Keuskupan Pangkal Pinang Bangka....Mariiiiii masuk SSCC (dulu) Sekarang Pusatnya di Bandung Paroki St.Michael





Mudika Jln. Koba Pangkal Pinang Bangka Sedang Berfoto bersama ( ada Pak Johan Paling Kanan)


Anak Sekolah Minggu Jln. Koba Pangkal Pinang Bangka



Ayooooo kita rekreasi ke Pantai Pasir Padi ....Umat Link Jln.Koba Pangkalpinang Keuskupan P.Pinang


Monday, March 25, 2013

Umat Tj. Uban Sedang Berfoto Bersama


Photo Bersama Katekis Tj.Balai Karimun


P.Van Dongen sedang kunjungan ke Umat di Pulang Sena


Legio Maria Kesukupan Pangkal Pinang


Natal Bersama Link Jln.Koba


Old And New Year 1979 dan 1980


Bus Kuno Dari Bangka , saat itu kami pakai untuk rekreasi ke Matras


Mudika Linkg Jalan Koba Pangkalpinang


Bapak Propensial Marsello Dan Akong (Petrus Kustomo )


Rekreasi di Pantai Materas Itu Ada Akong (Petrus Kustomo )


Umat Menjemput kedatang Pastor Van Dongen


Pertemuan di SD Teresia II jalan Koba Pangkal Pinang


Tags