"Tambahkanlah iman kami!"


(Keb1:1-7 ; Luk17:1-6)

“Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini. Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia. Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia." Lalu kata rasul-rasul itu kepada Tuhan: "Tambahkanlah iman kami!" Jawab Tuhan: "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu." (Luk17:1-6), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.

Berrefeksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

· Kita semua mengakui diri sebagai umat beriman, namun apakah sungguh hidup dan bertindak dijiawai oleh iman kiranya boleh ditanyakan. Beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan, sehingga hidup dan bertindak dalam kesatuan atau kebersamaan dengan Tuhan. Yesus bersabda:“ "Kalau sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, kamu dapat berkata kepada pohon ara ini: Terbantunlah engkau dan tertanamlah di dalam laut, dan ia akan taat kepadamu.". Melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan iman berarti ‘mengerahkan sepenuhnya hati, jiwa, akal budi dan kekuatan atau tubuh’ pada tugas atau pekerjaan. Yang berbeda pada umumnya adalah akal budi dan kekuatan phisik, sedangkan hati dan jiwa hemat saya sama-sama kita miliki. Maka baiklah saya ajak untuk mengerahkan hati dan jiwa sepenuhnya dalam mengerjakan segala sesuatu. Mengerahkan hati berarti sungguh memperhatikan apa yang sedang dikerjakan, sedangkan mengerahkan jiwa berarti dengan penuh gairah dan semangat dalam mengerjakan alias penuh minat. Jika kita sungguh memperhatikan dengan penuh minat maka apapun yang menjadi tugas atau pekerjaan kita pasti dapat diselesaikan dengan baik, maka milikilah keteguhan hati dan jiwa dalam mengerjakan segala sesuatu. Maka perkenankan sekali lagi saya angkat salah satu motto Bapak Andrie Wongso, yaitu “Selama kita memiliki kemauan, keuletan dan keteguhan hati, besi batangan pun bila digosok terus-menerus, pasti akan menjadi sebatang jarum…Milikilah keteguhan hati”.

· “Pikiran bengkang-bengkung menjauhkan dari pada Allah, dan kekuasaan-Nya yang diuji mengenyahkan orang bodoh. Sebab kebijaksanaan tidak masuk ke dalam hati keruh, dan tidak pula tinggal dalam tubuh yang dikuasai oleh dosa. Roh pendidik yang suci menghindarkan tipu daya, dan pikiran pandir dijauhinya. Sebab kebijaksanaan adalah roh yang sayang akan manusia, tetapi orang penghujat tidak dibiarkannya terluput dari hukuman karena ucapan bibirnya. Memang Allah menyaksikan hati sanubarinya, benar-benar mengawasi isi hatinya dan mendengarkan ucapan lidahnya” (Keb1:3-6), demikian kutipan dari Kitab Kebijaksanaan. “Allah menyaksikan hati sanubari, mengawasi isi hati dan mendengarkan ucapan lidah”, inilah kiranya yang baik kita renungkan atau refleksikan. Kita dapat menyembunyikan isi hati kita kepada orang lain atau saudara-saudari kita, namun tak mungkin menyembunyikan isi hati pada Allah; apa yang ada di dalam hati kita semuanya diketahui oleh Allah. Iman juga erat kaitannya dengan hati, maka marilah mawas diri apakah kita memiliki hati beriman. Jika kita memiliki hati beriman berarti hati kita bersih dan jernih, tidak pernah berbohong atau melakukan tipu daya dalam bentuk apapun, dan kita juga akan tumbuh berkembang menjadi pribadi yang bijaksana. Kata-kata dan tindakan kita tidak pernah melukai atau menyakiti orang lain, melainkan senantiasa membahagiakan dan menyelamatkan orang lain, tentu saja terutama dan pertama-tama adalah keselamatan jiwa. Ada peristiwa menarik: seorang pemuda pada malam minggu sedang mengunjungi pacar pujaannya, gadis cantik. Kebetulan musim penghujan dan akhirnya kunjungan pacar tersebut sampai larut malam. Sang pemuda tergerak untuk mengadakan hubungan seksual dengan pacarnya, dan sang gadis menjawab tidak karena takut ketahuan orangtua dan adik-adiknya. Sang pemuda menanggapi bahwa orangtua dan adik-adiknya telah tidur pulas, maka tak akan tahu. Namun sang gadis masih menolak, karena takut ketahuan peronda malam yang berkeliling, dan sang pemuda pun mengecek para peronda malam dan ternyata mereka juga telah tertidur pulas. Hal itu disampaikan kepada sang gadis, dan akhirnya sang gadis tetap menolak, karena Tuhan tahu. Tuhan tahu dan melihat apapun yang kita lakukan dalam kesunyian, sendirian dan tertutup.

“TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku.Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.” (Mzm139:1-6)7 November 2011

06 Nov 2011
oleh Rm I.Sumarya, Sj
ekaristi.org

Post a Comment

Previous Post Next Post